KOMIK Nobar? Sudah rutin. Setiap bulan sekurangnya sekali pasti ada acara KOMIK nobar. Pengumuman acara KOMIK no bar biasa disematkan di grup FB Komik.
Udah pada tahu KOMIK belum? KOMIK itu Kompasianers Only Movie Enthus(i)ast Klub. Apaan sih itu? Bahasa ringkasnya sih KOMIK adalah komunitas penulis kompasiana yang bergiat, tertarik dan suka film. Komunitas ini punya minat special dalam hal perfilman.
Berkait dengan bulan April adalah bulan di mana dirayakan hari Kartini yang berkiprah untuk kemajuan wanita secara khusus, maka KOMIK mengangkat tema “Saatnya Sineas Perempuan Pegang Kendali di Film Nasional”. Tema ini selain diawali dengan event blog mengenai apa yang dipikirkan kompasianers tentang film film(terkait hari film nasional) dengan tema perempuan juga disusuli dengan workshop yang menarik. Workshop ini menggandeng Bank Danamon, dengan tagline nya -SAATNYA PEGANG KENDALI –. Diharapkan melalui event ini Danamon Menginspirasi kemajuan perempuan di dunia perfilman nasional.
Dalam acara yang dihelat 6 Mei 2017 lalu ini, dengan pemberitahuan yang lumayan singkat, hari Rabu informasi tayang di Kompasiana, hari Sabtu acara sudah berjalan. Acara ini merupakan suatu diskusi yang kaya makna. Saya sangat menikmatinya. Selain dua narasumber yang jelas sudah mempersiapkan diri untuk bicara perihal perfilman nasional sesuai bidang masing masing, ada juga narasumber dari Danamon yang memberikan product knowledge mengenai Danamon Prima dan Flazz Danamon.
Oh ya, setiap peserta acara hari itu mendapatkan kartu Danamon Flazz bernilai IDR 50 K, selain sebuah tas cantic sebagai goody bag saat pulang acara. Peserta acara juga diberi kesempatan nonton bareng film superhero berjudul Satria Heroes: Revenge of Darkness. Nonton yang seru karena film super hero semacam ini sudah lama tidak pernah saya lakukan.
Beberapa catatan saya mengenai acara kerennya KOMIK 6 Mei 2017 adalah,
1. Panitia, dalam hal ini admin KOMIK sudah memilih narasumber yang memperkaya peserta acara. Saya suka sekali dengan pemaparan mbak Swastika sebagai penulis skenario film 3 Srikandi. Mbak Swastika terlihat menunjukkan persiapan yang baik dan juga mengenal perfilman nasional. Saya tidak dapat tidak menemukan bahwa mbak Tika, mencintai dunianya, sebagai penulis skenario film film Indonesia. Kehadiran seorang penulis scenario membuat teman teman kompasianers yang juga hobi nulis kepo dengan bagaimana seorang penulis skenario bisa bertahan dengan pekerjaan menulis skenario. Terbukti ada yang menanyakan, “bagaimana penghasilan seorang penulis skenario ditentukan?” Mbak Tika juga tidak segan berbagi bahwa penulis skenario mendapatkan pembayaran sebelum film tayang. Mbak Tika menyebutkan, mau filmnya laris atau tidak, bagi penulis skenario film tak ada bedanya selain kepuasan batin jika filmnya mendapatkan penonton yang banyak.
Bagian yang perlu diingat bahwa seorang penulis skenario membutuhkan kerja keras dan riset mendalam pada setiap naskah yang ditulisnya. Hampir setiap hal perlu disusun. Mulai dari pakaian, sampai bentuk alis.
Kaitannya dengan perempuan dalam kancah perfilman nasional, mbak Tika menuturkan pergeseran kiprah para perempuan dalam dunia perfilman nasional. Jika pada awalnya, perempuan hanya diposisikan sebagai artis kemudian peran peran yang sifatnya mengekspos seksualitas, bayangkan film Inem Pelayan Seksi atau Budak Nafsu di mana sisi perempuan hanya menjadi obyek, semakin maju kini perempuan mulai mempunyai peran peran yang lebih bermakna, Petualangan Sherina, dan Tiga Srikandi yang ditulis oleh mbak Tika. Terbaru ada Kartini dan Athirah yang mewarnai perfilman nasional. Bahkan saat ini sudah banyak peran di belakang layer dikerjakan perempuan, dan memberikan warna makin positif pada keterlibatan perempuan di kancah perfilman nasional. Mbak Tika mencontohkan keberadannya sendiri yang saat menulis film “Hari Ini Pasti Menang” bahwa ia tidak sengaja melahirkan tokoh perempuan yang menjadi satu-satunya tokoh yang bersih dalam film itu.
Narasumber yang lain adalah mbak Balda Zain seorang bloger film yang spesialisasinya adalah membuat ulasan film. Ia mengutarakan bahwa seorang bloger harus tahu betul poin-poin yang yang perlu diulas atau di-review, benar-benar suka dan mau menonton film. Menurut mbak Balda yang perlu diperhatikan oleh seorang bloger film, bahwa membuat review sebaiknya tidak hanya melalui trailer semata. Sebab ada trailer film yang bagus tapi kenyataannya film tersebut tidak menarik. Sebaliknya ada trailer yang biasa saja tapi ternyata filmnya sangat menarik. Mbak Balda menyarankan agar penulis review terjun langsung menonton film terlebih dulu sebelum membuat ulasan. Dalam melakukan ulasan terhadap sebuah film pun, setidaknya ada beberapa poin penting yang menjadi fokus seorang blogger film. Mbak Balda menuturkan, bahwa biasanya ia akan mengulas alasannya menonton film tersebut, atau ketertarikan lain yang membuatnya hingga memutuskan untuk menonton. Kemudian mbak Balda menuliskan sinopsis singkat dari film tersebut dengan trik untuk membuat pembaca sinopsis lebih penasaran, misalnya dengan kalimat tanya, “Apakah Kartini akan sampai ke Belanda? Saksikanlah lanjutannya dalam film tersebut!”
Pada paragraph berikutnya, mbak Balda baru membuat penilaian terhadap film tersebut.