Sebenarnya sangat ingin ikut KPK gerebek ke Bekasi Festival Kuliner Sabtu, 11 Oktober kemarin. Hanya saja, pada hari yang sama saya telah menjanjikan kepada murid saya untuk membawa mereke belajar kain tradisional di museum tekstil. Tidak semua murid sih saya bawa, karena memang ada persyaratan khusus untuk itu. Persyaratan saya adalah mendapatkan nilai 100 dalam ulangan.
Tadinya saya berharap bisa mendapatkan 4-5 kandidat peserta, ternyata gatot... alias gagal total, walaupun sudah menunggu sampai selesai mid semester. Waktu kelas 4, nilai 100 itu gampang sekali diraih, entahlah kenapa sekarang di kelas 5 anak-anak saya sulit sekali memperoleh nilai 100. Buat saya, bangganya kalau siswa mendapat nilai 100 lho. Sekalipun levelnya cuma kelas, tetap saja mencerminkan saya guru yang berhasil kan? (sambil cengengesan) Kalau murid saya banyak yang remedial, sakitnya itu di sini nih.... dalam hati.
Eh, kok jadi cerita soal rasa,... ini sekarang mau cerita tentang Museum Tekstil.
Museum ini terletak dekat dengan pasar Tanah Abang. Tepatnya di Jalan AIPDA KS Tubun no 2-4. Semula, saya bermaksud membawa anak-anak ini menggunakan taxi. Tetapi, sejak awal, salah satu anak yang memenangkan hadiah ini bertanya, bolehkan mama-nya ikut? Saya bilang boleh saja, tetapi mama bayar tiket masuk sendiri ya. Walaupun saya curiga, kalau mamanya ikut, malahan saya yang dibayarin. Ternyata anak yang lain mamanya bisa bawa mobil dan mau mengantarkan. Ya sudahlah. Apa salahnya.
Demikianlah, jam 8.30, kami sudah bertemu di halaman sekolah. Kami berangkat pukul 08.50, Dalam perjalanan, saya dag dig dug sekali, karena rencana saya ingin survey belum kesampaian. Kalau di Museum Tekstil tidak sesuai dengan web-nya bagaimana? Bisakah saya menemukan Museum Tekstil itu?
Syukurlah. Jam 09.15 kami sudah sampai di Museum tersebut. Selamat, walaupun beberapa kali harus berbalik arah karena salah jalan. Turun dari mobil, anak-anak sudah berjalan cepat menuju ke depan.
Senangnya mereka benar-benar ingin tahu, bahkan mama-mamanya pun ternyata juga ingin melihat-lihat. Saya menawarkan anak-anak ini, apakah mau belajar membatik juga. Mereka mengikuti kelas batik.
Kalau belajar membatik, kami tidak perlu membayar lagi tiket masuk. Biaya kelas membatik singkat seperti yang kami ambil adalah Rp. 40 rb, sedang bagi wisatawan asing biayanya 75 rb. Karena mama-mamanya ikut belajar membatik, sayapun ikut juga.
Mula-mula saya memasuki ruang di depan kantor tiket, ternyata ruangan itu bukanlah ruang pamer. Namun karena diberi izin melihat-lihat, anak-anak dan saya melihat-lihat batik yang dipamerkan di sana. Rupanya di Museum Tekstil, hari itu sedang ada acara komunitas pecinta kain tradisional. Sayangnya saya tidak menjadi anggota sehingga saya tidak bisa mengikutinya. Andaikata sudah anggota mungkin anak-anak bisa mengikuti pelajaran mengenai kain tradisional, motif dan maknanya.
Kami melanjutkan perjalanan menyusuri konblok menuju tempat belajar membatik.
Setelah menyerahkan kwitansi, saya dan anak-anak, juga mamanya diberikan selembar kain seukuran saputangan putih polos. Kami diarahkan ke sebuah meja dengan setumpuk motif hitam putih, untuk dipilih. Setelah memilih motif kami menjiplek motif yang kami pilih pada kain.Menjiplak di kain itu mudah-mudah sukar. Karena kain sering bergeser membuat jiplakan tidak rapi, jika tidak hati-hati.