Mohon tunggu...
Maria Margaretha
Maria Margaretha Mohon Tunggu... Guru - Guru SD. Blogger.

Teaching 1...2...3. Knowledge is a power. Long Life Learner

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Aurora Borealisa, dan 25 Kompasianer Wanita Merawat Indonesia

9 April 2014   15:05 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:52 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mbak Lis, Sosok Penulis 25 Kompasianer Wanita Merawat Indonesia

Oleh Maria Margaretha

"Ini Era Digital.

Perubahan yang deras, apakah tidak mencemaskan bagi wanita (dan sebagai ibu, terutama)? Bila “ya”, apa tindakan yang selayaknya dilakukan. Artinya, bagaimana untuk melihat anak-anak kita di masa mendatang? Cukup dengan mendidik secara ketat? Dengan moral dan agamanya yang perlu ditingkatkan? Dan seterusnya.

Singkatnya, tanggung jawab sebagai wanita (dan ibu) perlu merawat anak-anak menjadi Indonesia yang baik. Menjadi modern, namun masih ada tatanan yang lebih baik dan tetap baik. Tak semata modern namun menjadi: hedonis, feminis yang sempit, dan hal-hal yang kadang menjadi aneh. Sosok anak-anak kita Indonesia, namun kok tatanannya tidak memanusiakan secara Indonesia."

Kutipan di atas adalah pengantar sang editor ketika mengundang para penulis membukukan karya dalam 25 Kompasianer Merawat Indonesia.

Dari 25 kompasianer penulis artikel dalam buku ini, Mbak Lis adalah yang paling saya sukai, karena selalu menghibur saya dengan karya-karya fiksinya. Sebetulnya, mbak Lis bahkan adalah teman pertama saya di kompasiana ini dengan Opa Tjipta dan Oma Rose. Mbak Lis dan suaminya, Mas Ben. Saya mengingat keempat orang ini secara lengkap, karena buat saya sesuatu yang pertama itu selalu berkesan.

Teman saya di list kompasiana ini sudah 337 orang. 24 orang wanita penulis dan dari buku sebelumnya ada pak Jusuf Kalla, Faisal Basri, serta nama-nama tenar, yang mungkin saya hanya jumpai tulisannya. Suka ngeblog dan pak Isweke misalnya.  Dari buku sebelunya saya pernah bertemu dengan mbak Indria Salim, mbak Klara, Pak Isson Khairul, Mas Jokomu, Pak Iskandar Zulkarnain, Mas Suwartomo.

Setiap pertemuan sungguh bermakna sesuatu buat saya. Itu juga yang menyebabkan saya menyukai ikut acara nangkring bareng kompasiana. Mengenal orang secara nyata, bukan hanya berbalas komentar atau artikel di dunia maya.

Bertemu pak Katedrajawen misalnya membawa saya mengenal mbak Afriska. Beberapa waktu lalu, saya sempat menanyakan kenapa beliau tak lagi posting 3 kali sehari. Sebagai penyukai tulisan remeh temeh dan unik gaya pak Katedrajawen ini sungguh membuat saya menikmati membaca.

Ini kok kemana mana sih. Maaf. Jadi melantur.

Oke, kembali pada ibu Lis, atau mbak Lis. Tulisannya di buku 25 kompasianer Wanita merawat Indonesia adalah sesuatu yang menarik untuk dinikmati. Saya melihat suatu concern dari orang tua terhadap pendidikan anaknya dengan cara turut melibatkan diri. Beliau mendidik anaknya untuk antri. Saya sebutkan mendidik, karena bukan sekadar memberi tahu, namun membiasakan. Inilah hal yang tak terjangkau oleh saya dan teman-teman guru di sekolah. Kami hanya bisa member konsep, menunjukkan. Pembiasaan merupakan hal yang dilakukan di rumah.

Sepele memang kelihatannya. Namun, ini penting. Hal-hal sepele yang penting inilah yang kerap diabaikan. Saya sendiri kadang tidak cukup sabar untuk antri, apalagi kalau sudah mengejar waktu mengajar. Padahal, kalau dipikir kembali, seharusnya saya bisa mengatur waktu lebih baik.

Namun, setidaknya, pada saat terpaksa menerobos antrian, sopan santun itu penting. Izinlah pada yang diterobos baik-baik. Tak ada salahnya. “mbak, maaf, saya hanya beli 2 item nih, mendesak sekali, bolehkah mendahului?” Ini baik juga.

Dalam kisah mbak Lis, saya melihat mengajarkan anak antri membuat anak mengerti kesopanan. Ini juga saya lihat dalam diri mbak Lis. Kesopanan. Saya menghormati baik penulis ini maupun artikelnya. Saya menyukainya dengan tanda seru lima dan tanda bintang tujuh.  Menemui mbak satu ini adalah kehormatan buat saya, pertama dalam acara kompasianival. Orang sederhana, dengan pemikiran yang tajam dan imajinasi yang membuat saya kadang terseret masuk dalam fiksinya. Mengenal mbak Lis dan Mas Ben, secara pribadi dengan mengunjunginya itu sesuatu sekali. Ternyata, mbak Lis ini memang suka sekali menulis, dan karyanya pada masa mudanya (sekarang juga belum tua, lho) ada di Anita Cemerlang, Bobo dan media mainstream lainnya. Padahal, beliau tak pernah menonjolkannya. Sederhana. Itu kesan yang saya tangkap, tapi bermakna.

Buku 25 kompasianer, masih berisi artikel-artikel lain dari penulis-penulis berbeda, semuanya menurut saya menarik. Saya hanya menyebutkan tujuh penulis, karena yang tujuh ini, spesial buat saya, sudah pernah ketemu, itu sari spesialnya. Yang belum ketemu, banyak, ada mbak Gana, Bu Anni, Mbak Aridha, mbak Arek Tembalangan, Bu Dewi Sumardi, Bu Ely Yuliana, Mbak Find Leilla, Mbak Isti, Mbak Josephine Winda, Mbak Mutiaraku, Mbak Paras Tuti, Ibu Rita Kunrat, Mbak Sri Sugiastuti, Ibu Theeodomo, dan mbak Vely Zega. Berharap ketemu entah kapan, dan bukan hanya bertemu tapi menuli karya bersama lagi. Itu sesuatu sekali.

Artikel ini merupakan penutup serial penulis 25 kompasianer wanita merawat Indonesia. Saya juga bermaksud sedikit menyembuhkan kecanduan saya membaca kompasiana, sehingga mungkin akan ada jeda entah berapa lama. Saya akan mencoba melanjutkan penulisan cerita fiksi “TIARA” dan serial “SAHABAT” kalau memungkinkan ikut fiksi “KARTINI”.

Salam membaca cerdas,

saya, Maria Margaretha

Judul buku  : 25 Kompasianer Wanita Merawat Indonesia

Pengarang  : 25 Kompasianer Wanita

Penerbit      : Peniti Media

Tebal          : 154 halaman + vi

ISBN           : 978-979-95712-6-7

Cetakan 1   : Maret 2014

Ps: Tulisan ini saya posting tanpa meminta izin jadi, sekiranya nanti ada keberatan dari nama-nama tercantum, tulisan ini mungkin akan saya edit dan revisi. Ini semata-mata pendapat dan kesan saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun