Mohon tunggu...
Maria Margaretha
Maria Margaretha Mohon Tunggu... Guru - Guru SD. Blogger.

Teaching 1...2...3. Knowledge is a power. Long Life Learner

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Media Sosial, Hoaks dan Literasi

4 Agustus 2018   07:37 Diperbarui: 7 Agustus 2018   05:55 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mudah untuk saya membayangkan diri menjadi Menteri Agama. Membayangkan saja kok susah. Ya kan? Karena memang membayangkan atau berandai andai itu bisa mudah dilakukan hampir semua orang dengan berbagai skala baik kepuasan atau kekecewaan. 

Kalau kecewa ya berandai andai bagaimana menebus kecewanya. Kalau puas berandai andai mempertahankan hal hal yang membuat kita merasa puas. 

Menjadi menteri agama, tentu harus beragama. Saya kurang tahu, apa mungkin menteri agama bisa berasal dari agama Budha atau Kristen atau Hindu. Belum pernah tahu. Sebenarnya Menteri Agama ini kan mengurusi urusan agama. Sangat tepat kalau yang bersangkutan adalah seseorang yang bersih hati nuraninya, dan menjalani kewajiban dan ajaran agamanya dengan sungguh sungguh. Jelas, yang bersangkutan perlu memiliki pemahaman mendalam tentang kitab sucinya sehingga dapat mengenali ajaran yang aneh aneh dan melakukan upaya preventif. 

Berbicara soal media sosial, memang sekarang ini adalah masa di mana akses sangat terbuka. Berita apa saja mudah disebarluaskan. Kalau dulu TV adalah saluran berita, sekarang FB, Twitter, Instagram sampai WhatsApp grup menjadi tempat penyebaran berita. 

Yang mengesalkan kadang sumbernya hanya, copas dari grup sebelah. Saat ditanya grup siapa? Tidak tahu. 

Rumor menyebar secepat angin. Kebenarannya Wallahu alam. 

Kesadaran akan hal ini juga sudah dimiliki kementrian agama. Jadi sebagai menteri agama hal yang akan saya lakukan adalah:

1. Preventif (pencegahan)

Mencegah lebih baik bukan? Jadi sebagai tindak pencegahan maka saya akan mengadakan edukasi terutama melalui media influencer dan bekerja sama dengan pendidik di sekolah. Pas dong dengan keberadaan saya yang aslinya adalah seorang guru jika tak sedang berandai andai ini. 

Selfie sama pak Menteri Agama. Misalnya bisa jadi penerus. 😁 (dokpri)
Selfie sama pak Menteri Agama. Misalnya bisa jadi penerus. 😁 (dokpri)
A. Media influencer

Karena mereka bergerak di media. Mereka ini diedukasi untuk memiliki kesadaran perihal pentingnya membagi hanya konten yang positif dan membangun masyarakat. Konten positif dibagikan konten negatif di artikan saluran agar segera tertangani. Ibarat di warung, kalau anda puas beritahu teman. Kalau tidak puas beritahu kami. Itulah yang akan saya lakukan. Konten ketidakpuasan harus masuk secara cepat ke kementrian. Konten positif dibagikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun