Saya tidak termasuk salah satu penulis yang berkomitmen dan ikutan menulis di Samber THR Kompasiana bulan lalu. Saya hanya menikmati tulisan tulisan keren sejumlah sahabat yang lewat di timeline FB ataupun dibagikan di kelompok pesan singkat.Â
Jujur saya kagum pada semua yang konsisten. Di kelompok saya ada Bikcik Tika (yang masih kuliah dan kerja jadi Pengacara---ini pengacara beneran lho), Omdutt Yayan, dan Koh Deddy Huang. Ada lagi ngga ya? Lupa lupa ingat. Masih ada juga Akang Rifki Feriandi, yang tagar #AdedanAyah nya keren banget dan selalu membuat saya menikmati tulisan menyenangkan yang disajikan. Ada Jeng Tamita, yang selalu ceria juga mbak Uli Hape, yang selain kerja, ngeblog, ngurus anak, lengkaplah sudah.
Mengulik perjuangan setiap penulis yang saya baca, ada yang nulis di kereta, ada yang nulis di kantor polisi, saya benar benar terhibur dan sangat mengapresiasi. Belum lagi, ada juga yang Non Muslim, tapi tulisannya enak dibaca dan nalar saya tidak kecewa. Â Otak saya berpikir. Kok bisa ya? Kok mampu?
Saya pengen tanya sama om Mimin Kompasiana, setelah Samber THR ini, ada lagi gak tantangan seperti ini? Saya mau NEKAD ikut. Momen Samber THR kemarin menarik dan mungkin menginspirasi saya.
Kalau dipikir-pikir, satu penulis menghasilkan 32 tulisan, bisa iseng submit ke penerbit mana gitu, bisa jadi satu buku sendiri. Apalagi yang tulisannya keren keren.
Jadi membuat semangat lagi menulis, kata beberapa teman di FB, dan sebagian pemenang yang kalau saya lihat sudah laris jadi blogger. Habisnya hampir sebagian besar Kompasiana yang saya kenal sekarang sudah pada jadi full time blogger dan freelancer.
All, I just learnt a lot about persistent from you. Thumbs Up.
Salam Nulis,
Mewariskan Literasi
Maria Margaretha
ps: Tulisan ini dipersembahkan untuk teman teman KOMPAL yang sudah ikut samber THR. Makanya saya kasih logo Kompal.