Mohon tunggu...
Maria Margaretha
Maria Margaretha Mohon Tunggu... Guru - Guru SD. Blogger.

Teaching 1...2...3. Knowledge is a power. Long Life Learner

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kartini, Literasi dan HOTS

21 April 2018   14:46 Diperbarui: 21 April 2018   14:54 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Literasi di media sosial, mungkinkah? (dokpri)

Hari Kartini. 

Bagaimana merayakan Hari Kartini? Lomba pakaian daerah? Itukah? 

Beberapa pekan sebelum Hari Kartini, di media sosial sempat ramai keluhan siswa siswi SMA/K perihal susahnya soal UN yang kata mendikbud berorientasi HOTS. Apaan sih HOTS? Panas? Bukan. Versi asli namanya High Order Thinking Skills. Versi Indonesia ala gampang adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi. Sudah paham? Oke. Lanjut ya. Sebenarnya bukan masalah HOTSnya yang membuat siswa/i ini kesulitan mengerjakan UN. Menurut saya kesulitan mengerjakan UN ini bermula dari kurangnya kemampuan literasi. 

Siswa/i sekarang kurang terbiasa berpikir. Jangankan tinggi, biasa berpikir saja mungkin tidak. Dijejali bermacam ilmu bukannya membuat mereka bisa, tapi membuat mereka bosan dan pada tahap lanjutannya tidak peduli. Kepeduliannya hanya sebatas nilai. 

Apa kaitan literasi dan Hari Kartini? Jelas berkaitan. Kartini dikenang karena jejak literasi yang dia tinggalkan. Dia menulis gugatan (bahasa saya) perihal kehidupan dan aturan aturan yang diberlakukan pada wanita dan rakyat kecil pada zamannya. 

Apakah pemikiran Kartini benar? Belum tentu. Literasi pada hakekatnya adalah suatu dialog. Tulisan Kartini adalah suatu karya yang bisa didiskusikan, dipelajari dan pada akhirnya menghasilkan pemikiran tingkat tinggi yang diharapkan sebagai output pendidikan masa kini. 

Jadi, bagaimana agar anak masa kini punya pemikiran tingkat tinggi? Menurut saya, bukan dengan menyuruh mereka pakai baju daerah atau lomba masak masakan. Kita perlu memberikan bimbingan agar mereka tertarik meliterasikan diri. 

Saya melihat kesulitan merefleksi diri sebagai akibat tuntutan sekitar. Anak anak memgejar nilai bagus lebih daripada proses berpikir itu sendiri. 

Jadi, masihkah kita merayakan Hari Kartini semata dengan kontes fashion baju daerah atau kontes masak lebih dari merayakan literasi? 

Merayakan Hari Kartini seharusnya merayakan kebebasan berpikir dan berdialog dengan tidak dibayangi kekuatiran terhadap penilaian orang lain melainkan pada proses pemikiran timbul dalam tahapan tahapan yang sesuai.

Selamat Hari Kartini

Salam edukasi.

Tulisan ini terinspirasi diskusi dalam acara di foto 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun