Saya merasa bangga dan senang bisa mengikuti acara Gramedia Writers and Readers Forum, 7-8 April kemarin. Name tag saya media. Walaupun dikasih judul blogger. Sejak jam 9 pagi saya sudah berada di area Perpustakaan Nasional, Jalan Medan Merdeka.Â
Memasuki area perpusnas untuk pertama kalinya menimbulkan kesan wow... keren. Koleksi di ruang pertamanya saya sudah memukau. Untungnya saya bisa menahan diri dari foto foto. Walaupun tidak dilarang foto foto juga.Â
Di perpustakaan yang besar sekali ini, kita bisa mendaftar sebagai anggota secara cuma cuma dan mandiri. Hanya mencetak kartu anggota yang dibantu oleh petugas. Tempat mendaftar ada di lantai 2. Saya langsung mendaftar  waktu itu. Masa berlaku kartu anggota adalah 10 tahun. Kartu anggota perpustakaan nasional ini dilengkapi foto dan bentuknya mirip ATM. Keren deh.Â
Ada yang terlewatkan. Saya baru tahu bahwa seharusnya saya menitipkan tas di locker lantai 1 saat menjelajahi perpustakaan. Hanya saja, karena tidak menyadari hal tersebut, saya sudah berkeliling dengan goodie bag dan tas selempang saya.Â
Di lantai 4 ada kantin dengan makanan yang relatif murah. Kalau mau minum saja ada koperasi yang menyediakan minuman dingin.Â
Dari lantai 4, saya ke lantai 8. Di sana ada studio musik dan ruang visual. Koleksi film Perpustakaan Nasional ada di lantai ini. Ada film luar maupun lokal tersedia DVDnya.Â
Saya belum menjelajahi Perpustakaan Nasional 2 hari kemarin. Walaupun berjanji, akan segera melakukannya. Fokus saya adalah Gramedia Writers and Readers Forum (GWRF)
Walaupun saya bukanlah penulis, saya bisa menyebut diri sebagai pembaca. Alamiah saya adalah pembaca. Evebt GWRF ini adalah event yang digagas untuk menjadi ajang temu dan sharing antara pembaca dan penulis yanh diharapkan membudayakan literasi sebagai tolak ukur kemajuan bangsa. Event yang adalah kerja sama antara Gramedia, Perpustakaan Nasional, Badan Ekonomi Kreatif, dan Komite Buku Nasional ini pemesanan tiket daringnya sudah habis hanya falam waktu satu minggu setelah acara dirilis resmi.Â
Penulis penulis terkenal seperti Leila S Chudori, Donny Dhirgantoro, Maman Suherman bahkan Sapardi Djoko Damono hadir sebagai narasumber. Â Â
Catatan saya dalam acara ini meliputi, luasnya tema yang bisa dipilih peserta. Mulai dari komik sampai cerita anak bahkan metamorfosis buku menjadi film, dan PAJAK bagi penulis. Lengkap kan?
Saya akan menceritakan 2 workshop yang saya ikuti. Workshop Kang Maman dan Bernard Batubara adalah yang pertama. Dalam workshop bertema "Menggerakkan Literasi Melalui Sosial Media", dua master  yang aktif di sosial media ini dipertemukan di panggung.Â