Mohon tunggu...
Maria Margaretha
Maria Margaretha Mohon Tunggu... Guru - Guru SD. Blogger.

Teaching 1...2...3. Knowledge is a power. Long Life Learner

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyisakan Makanan? Gratis atau Tidak Menghargai Makanan?

8 Juli 2017   15:11 Diperbarui: 8 Juli 2017   18:15 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kurang lebih dua pekan lalu, ada beberapa acara buka bersama yang saya ikuti bersama grup blogger dan juga kompasianers. Acara buka bersama ini, membuat saya mengamati beberapa hal yang mengganggu. Terakhir, bukan lagi dalam acara buka bersama, namun dalam sarapan pagi di hotel berbintang, tempat saya menemui keponakan kecil saya. 

Apa sih?

Begini, 

1. Acara undangan buka bersama, saya menemukan ada saja di antara pendaftar yang seolah olah tidak menghargai pengundang. Padahal daftar. Salah satunya dengan ketidak hadiran tanpa berita atau dengan berita di saat saat terakhir, di mana sebenarnya kalau kita melakukan pembatalan di saat terahir itu kan membuat konsumsi yang disediakan jadi berlebih dan kadang agak sedihnya, konsumsi/paketnya itu di hotel berbintang. Ini adalah penyia-nyiaan makanan dan kesempatan. Mungkin di sudut lain, di suatu tempat ada pendaftar lain yang ingin sekali mengikuti acara dan juga perlu perbaikan gizi (come on, kita realistis saja ya, walaupun ngga semua begitu kan bisa jadi ada gitu lho), kasihan kan makanan jadi bersisa banyak, sampai panitianya di akhir acara meminta peserta yang hadir membungkus makanan agar tidak tersia-sia. Sedih sekali, dengan sikap seperti ini. 

2. Mengambil makanan banyak, namun kemudian ternyata tidak sesuai dengan rasa yang diharapkan, dan ditinggalkan begitu saja di piring masih berlimpah. Kadang kala, bahkan pihak pengundang belum makan, dan juga nara sumbernya belum kebagian. Mengapa sih ngga mengambil porsi kecil saja, kalau nanti ternyata kurang ya nambah. Sepertinya kurang sekali rasa dan etika dalam mengambil makanan. Di Hotel, keponakan saya sampai ngga kebagian susu waktu mau nambah, sementara, saya melihat ada beberapa gelas susu yang ditinggalkan hanya berkurang sangat sedikit. Saya sendiri, yang sebenarnya menikmati sarapan itu karena dibayari, sempat kecewa karena makanan habis, sementara ketika saya menuju meja saya ada terlihat sejumlah meja yang menyisakan makanan yang tadinya saya inginkan untuk saya cicipi. 

Sebenarnya mengenai mengambil makanan ini, pihak hotel bahkan menuliskan permintaan agar para tamu mengambil secukupnya saja agar tidak menyia-nyiakan makanan. Namun tetap saja cukup banyak makanan bersisia di meja-maja. Sedih kan? Padahal, seperti saya sempat tuliskan di Kompasiana sekitar 2 tahun yang lalu, bahwa, menyia-nyiakan makanan sama saja dengan menyia-nyiakan sumber daya.

Mungkin, karena bukan kita yang membayar? Oh come on, please. Tetap saja makanan itu tidak gratis. Kita harusnya bisa mengingat, saat kita mengambil makanan itu upaya apa yang dilakukan agar makanan itu tersaji.

Petani yang menanam benih, merawat dan memanen, para penjual, dan chef yang memasak, masing masing mengeluarkan effort/upaya. Gratis? itu tidak beretika namanya. Gratis itu ada yang membayari. Ingat saja.  

Melalui tulisan ini, saya berharap bisa menghimbau, untuk saling mengingatkan, bahwa penting buat kita tidak menyia-nyiakan makanan. 

sekedar tips agar tidak menyia-nyiakan makanan

 A. Kalau sekedar mencoba, ambillah sedikit saja. Kalau yakin rasanya sesuai, barulah ambil sesuai porsi yang bisa dihabiskan. Baik kita yang membayar maupun sudah dibayar untuk kita, mari kita mengingat bahwa makanan yang tersaji adalah sumber daya yang harus dimanfaatkan, bukan disia-siakan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun