Dirawat dengan BPJS Kesehatan

" Ibu dirawat saja dulu. Ini kan sudah 2 minggu. Memang bisa pulang?" 

Itu kata dokter yang memeriksa petang itu. 

Jumat sebelumnya, aku berhasil membatalkan dirawat oleh dokter IGD. Tapi memang, walaupun bisa keluyuran ke Palembang, ikutan jualan susu kacang sama teman teman ke Taman Rimbo, bahkan mengajar di sekolah sesuai jadwal, ikutan even fiksi my diary, tetap saja, kondisi badan ini memang sudah sangat lemah. Keras kemauan saja.

Jadi, akhirnya, menyerah juga. 

" Tapi saya sendirian dok. Ngga bawa pakaian dan ngga ada keluarga? "

Lha memang pulang sekolah saya langsung ke RS itu. Tadinya saya pikir bisa dikasih obat. Dokter meminta perawat mengurusi kamar dan administrasi. 

Saya berbaring di poli yang kebetulan saya pasien terakhir. Sesuai kartu BPJS, saya dirawat di kelas 1. Perawat datang mengantarkan ke kamar, dan serah terima dengan perawat kamar.

Ternyata dirawat dengan BPJS di RS swasta yang bekerja sama tidak sulit. Benar benar mudah asal sesuai prosedur. Dari IGDpun tidak sukar. Asal menunjukkan kartu, pihak RS tidak keberatan membantu mengurusi.

Di kamar, saya tinggal menanda tangani surat surat yang perlu. Ruang kelas satu rumah sakit tersebut normalnya bertarif 300 rb semalam. Seingat saya standar Jambi kelas 1 di RS harganya memang segitu. Siloam saja 325 rb. Untuk kelas 1 kamarnya ber AC dan diisi 2 tempat tidur. 

Agak malam, setelah berada di kamar, seorang teman di dormitory datang membawakan pakaian dan keperluan yang penting. Sayang saya lupa minta guling dan selimut. 

Pulang juga sama. Hanya tanda tangan. Dapat obat pulang, sudah. Dokternya tidak membedakan pasien umum atau BPJS. Asal bayar premi selalu, pelayanan BPJS sudah bisa diandalkan.