Mohon tunggu...
Maria Margaretha
Maria Margaretha Mohon Tunggu... Guru - Guru SD. Blogger.

Teaching 1...2...3. Knowledge is a power. Long Life Learner

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Kemewahan Seorang Lajang

11 Januari 2014   12:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:56 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mewah, karena bisa bergaul tanpa cemas membuat pasangan cemburu. Mewah, karena waktu kita milik kita sendiri. Mewah karena bebas menentukan apa yang kita sukai.

Bayangkan, jika sudah berkeluarga, kita suka fotografi, pasangan kita merasa hobi itu mahal? Kan harus bisa membatasinya? Padahal, kalau sendiri, kita bisa eksplore kesenangan kita sampai batas terakhir. Walaupun, oke, saya mengakui bahwa saat kita tidak ada pasangan ngga ada yang bisa kita jadikan sandaran saat kita punya masalah. Iya, setuju. Tapi, bagaimana sih kalau memang belum menemukan yang tepat?

Saya misalnya. Bertemu yang seiman, mengaku single. Ternyata dia sudah punya anak tiga. Lebih sebal lagi, masih menikah, dan pacarnya bertaburan di mana-mana. Seseorang yang setaraf dari status pendidikan, ternyata duda, yang tidak mengaku duda, hanya menyebutkan dia single. Belum lagi soal keyakinannya yang tidak jelas, karena walaupun muslim, ngga jelas sholatnya.

Kalau pertama kenalan sudah ngga jujur, bagaimana setelah menikah? Kalau dalam hal ibadah saja tidak jelas, bagaimana bisa mendidik anak nantinya? Ini kualitas mental. Susahlah. Seseorang yang saya cocok, tidak pernah menikah, ibadahnya oke, punya tulang untuk mengatur saya (tegas, itu penting buat saya, karena yah saya memang kekanak-kanakan, dank eras kepala) beda-nya terlalu jauh. Tidak seiman dan hanya tamatan SMA. Sayang kalau nanti saya ngga nyambung, toh. Urusan seiman ini juga kalau masalah menjadi kawan seumur hidup di pernikahan sangat krusial buat saya.

Jadi, nikmati saja kesendirian sebagai karunia terbatas... karena saat kita menikah, belum tentu, kita bisa menikmati kesenangan kesenangan kita sekarang.

Buru-buru menikah sehingga menghalalkan poligami apalagi hanya karena usia, sebenarnya bukan pilihan. Perceraian itu hantu menakutkan. Apalagi seperti saya, sudah terlalu banyak melihat murid-murid kecil saya menjadi korban orang tua yang bercerai. Belum lagi melihat perceraian di antara teman-teman saya. Hmmmh. Sendiri? Dinikmati saja.

Selamat berakhir pekan.

Salam sendiri bukan kesepian

Maria Margaretha

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun