Halo teman-teman kompasiana yang tercinta, pada kali ini saya akan memberi sedikit penjelasan tentang pentingnya pangan yang kita nikmati terhadap giji yang kita dapat.Â
Soalnya setelah saya cermati dari beberapa artikel yang telah saya baca, bahwa gizi buruk di Indonesia masih sangat banyak. Itu tidak bisa dipungkiri lagi karena makanan yang kita makan setiap harinya kebanyakan tidak bergizi.Â
Maka dari kalau tidak ada pangan yang bagus masuk kedalam tubuh kita, maka gizi yang kita dapat otomatis menjadi buruk, tetapi kalau pangan yang kita nikmati atau kita makan itu bagus untuk kesehatan tubuh otomatis gizi yang kita perolehpun akan menjadi baik.Â
Dibalik semua itu kalau kita membutuhkan gizi yang bagus kita harus rela keluar uang banyak, karena untuk menjaga gizi kita supaya tetap bagus disini saya anjurkan supaya tidak perhitungan. Karena jika gizi kita buruk otomatis kita sakit dan masuk rumah sakit maka uang yang kita keluarkan menjadi lebih banyak ya teman-teman. Karena jika gizi masyarakat Indonesia buruk itu sangat berpengaruh untuk tujuan suatu bangsa atau kepemerintahan.Â
Mengapa saya bilang begitu? ya karena kesuksesan pembangunan suatu bangsa atau negara itu sangat tergantung sekali pada kesuksesan negara tersebut mengembangkan dan menyiapkan sumber daya manusia yang sehat, cerdas dan berkualitas.Â
Apalagi jika dilihat dari lingkungan Indonesia bahwa pangan yang ada dinegara ini gak buruk-buruk amat, tetapi jika pembangunannya tidak sukses, tidak merata dan tidak berkualitas sama aja bohong. Tapi disini tergantung masyarakatnya gimana menjaga pola makan supaya tidak mendapatkan gizi yang buruk.Â
Ya saya bilang begitu karena  kebanyakan orang Indonesia kalau masalah makanan gak terlalu memikirkan pola makan sehat apalagi anak kos-kosan seperti saya hehehe. Soalnya juga tingkat kemisikinan diIndonesia masih sangat banyak berdasarkan laporan dari Bank Pembangunan Asia (ADB), jumlah penduduk nasional Indonesia pada tahun 2015 berjumlah 255,46 juta jiwa dan 11,2% yang hidup dibawah garis kemisikinan.Â
Garis kemiskinan Indonsia juga ditetapkan pada rata-rata pengeluaran Rp302.735 per bulan jadi sekitar Rp10.000 lah per hari untuk biaya makan. Gimana mau mendapatkan gizi yang baik kalau biaya untuk makanpun cuman Rp10.000, sedangakn biaya untuk beli pangan supaya dapat gizi yang bagus aja harus mengeluarkan banyak, kenapa banyak ya karena kalau mau dapat gizi yang bagus harus makannya pakai sayuran, ikan dan lain sebagainya.Â
Berbanding terbalik tingkat kemiskinan pada tahun 2019, seperti data yang saya dapat dari Badan Pusat Statistik (BPS) presentase penduduk miskin pada Maret 2019 sebesar 9,41 %, menurun 1,6 % dibandingakan pada tahun 2015 yang lalu.Â
Berarti disini bisa dikatakan bahwa Pemerintah sudah sukses mengembangkan sumber daya manusia yang sehat, dimana pada tahun 2015 gizi buruk diIndonesia sangatlah banyak, walaupun selisih berapa persen itu setidaknya mengurangi tingkat kemiskinan dan mengurangi gizi buruk di Indonesia.Â
Maka dari itu jika tingkat kemiskinannya banyak otomatis gizi buruk banyak dikarenakan kurangnya asupan pangan atau makanan yang baik maupun yang berkualitas. Jika pada tahun 2019 itu tingkat kemiskinannya berkurang 1,6 persen otomatis gizi buruknya juga berkurang karena asupan pangan atau makanan yang sempurna.Â