League of Legends resmi menutup servernya di Indonesia pada tanggal 14 Mei 2019 silam. Didapuk sebagai salah satu gim paling populer di dunia, League of Legends harus terpaksa menutup kiprahnya di Indonesia setelah gagal bersaing dengan gim dengan genre serupa, baik dari dota 2 maupun penguasa moba tanah air, Mobile Legends.
Tidak hanya di Indonesia, secara umum League of Legends juga babak belur di kebanyakan negara asia tenggara termasuk di Singapura yang merupakan negara markas dari Garena sang pemegang hak edar untuk wilayah Asia Tenggara plus Taiwan. Meski berhasil menguasai pasar moba untuk wilayah Eropa, Amerika Serikat, dan Tiongkok, pencapaian tersebut tidak serta merta dapat direplikasi di Asia Tenggara. Praktis hanya Vietnam dan Thailand yang menerima League of Legends dengan baik.Â
Telah disebutkan bahwa Mobile Legends menjadi penguasa untuk genre moba di Asia Tenggara. Mulai masuk pertama kali pada tahun 2017, Mobile Legends langsung mendapat sambutan yang baik dari para penyuka genre ini. Kebutuhan grafisnya yang ringan tanpa menghilangkan elemen dinamis dari sebuah gim moba, Mobile Legends seketika banyak menjangkiti para hardcore gamer maupun gamer kasual.
Berharap mendapatkan tuah yang sama, Garena, dengan memegang lisensi dari Tencent mendapat hak untuk mengedarkan game mobile moba dengan nama Mobile Arena yang diadaptasi dari gim asli dengan nama Honor of Kings a.k.a (Wang Zhe Rong Yao). Setelah berganti nama menjadi Arena of Valor karena alasan hak intelektual, gim ini resmi dipublikasikan di Indonesia pada pertengahan 2017, setahun setelah Mobile Legends hadir.Â
Setelah hampir tiga tahun berjalan, nasib Arena of Valor di Indonesia tidak berbeda jauh dengan pendahulunya yaitu League of Legends, kalah bersaing. Mobile Legends tercatat sudah berhasil mengumpulkan hingga 31 juta pemain aktif hingga oktober 2019 kemarin, sementara Arena of Valor tidak merilis angka secara pasti. Meski begitu, AoV tercatat sudah harus melakukan penggabungan server Indonesia dengan Singapura. Malaysia, dan Filipina.Â
Meski kedua gim asal Garena ini sama-sama gagal bersaing, ditenggarai keduanya justru memiliki sebab-musabab yang berbeda. League of Legends sejatinya memiliki kebutuhan grafis yang lebih rendah daripada dota 2. Hal ini berkebalikan dengan Arena of Valor yang mengusung grafis High Definition dibandingkan dengan Mobile Legends. Setelah dirunut lebih jauh, salah satu penyebab kedua gim ini "tersingkir" di Indonesia adalah keengganan untuk berpindah gim alias faktor Sunk-cost Fallacy. Sunk Cost-Fallacy adalah suatu bias dimana seorang individu cenderung akan meneruskan kegiatan yang ditekuninya karena alasan telah banyak menginvestasikan sumber daya berupa waktu dan uang di hal tersebut.Â
Garena selaku pemilik hak edar dari kedua gim ini bukannya tanpa upaya. Sadar bahwa Mobile Legends dapat populer dengan seketika, Garena melakukan banyak upaya pemasaran mulai dari belanja iklan yang masif hingga iming-iming hadiah yang sempat mencapai angka tujuh miliar rupiah. Nyatanya gimmick yang dilakukan tersebut masih jauh panggang dari api untuk menggeser kedigdayaan Mobile Legends di Indonesia. Kalah bersaing dalam hal popularitas turut berpengaruh terhadap kondisi ekosistem esports AoV.
Pada musim ini liga profesional AoV bisa dikatakan berada di titik nadir setelah beberapa pemain bintangnya justru banting setir menjadi pemain pro Mobile Legends. Untuk menutup ketiadaan pemain, Garena memutuskan untuk membuka kualifikasi terbuka. Di lain pihak, Mobile Legends pun melakukan langkah berani untuk menantang kedigdayaan Arena of Valor secara global dengan menyelenggarakan turnamen piala dunia mereka, yang meski hanya diikuti tim-tim asal Asia Tenggara.Â
Di tengah-tengah persaingan kedua gim moba mobile ini, Pada akhir januari 2020 silam pengembang gim lokal bernama Anantarupa studios mengumumkan telah meluncurkan gim dengan genre serupa dengan nama Lokapala.  Saat ini gim tersebut masih dalam tahap beta. Memiliki beberapa fitur yang serupa dengan kedua gim moba mobile di atas, Lokapala lebih banyak menonjolkan karakter dalam gim dengan tokoh-tokoh kepahlawanan dari nusantara. Dilansir dari Indozone.com, lokapala memiliki grafik yang cukup menjanjikan meski membutuhkan penyempurnaan dalam segi user experience. Hingga kini  Lokapala masih menjalani masa maintenance selama sebulan karena masalah dalam code igniter.
Meski belum bisa memulai kiprahnya di kancah game mobile Indonesia, Lokapala dinilai memliki potensi untuk menjadi alternatif menjanjikan dari Mobile Legends. Hal ini bisa terbantu dengan nuansa kelokalan yang dihadirkan oleh Lokapala. Selain faktor buatan dalam negeri, ada satu hal lain yang dapat menjadi kartu as bagi gim lokal ini, dukungan pemerintah.
Pemerintah di bawah presiden Joko Widodo pernah mengungkapkan cita-citanya untuk membuat gim anak negeri berjaya di negeri sendiri. Pada masa pemerintahannya yang pertama, Jokowi bersama dengan Menteri komunikasi dan Informasi kala itu, Rudiantara memang sedang gencar-gencarnya menggodok pengembangan esports di Indonesia. Langkah tersebut kemudian berlanjut dengan memasukkan gim lokal dalam event Piala Presiden 2020 kemarin, menggantikan Mobile Legends yang dipertandingan di tahun sebelumnya.Â