Mohon tunggu...
Adi Putra
Adi Putra Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Hidup terus bergulir, kau bisa memilih diam atau mengikutinya, mengacuhkan atau mempelajarinya. Merelakan, atau meratapinya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lelaki yang Bersahabat dan Mencintai Gadis

18 April 2016   14:09 Diperbarui: 18 April 2016   14:23 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Gadis yang sama mukanya merona merah, namun hanya bisa mengatakan, "tidak."

Inan tidak bertanya lebih lanjut mengapa. Ia sudah di ujung asa. Bila gadis ini, yang sudah memegang hak milik atas matanya, tak mau menjadi sahabatnya, maka siapa lagi? Apa ia seharusnya mengatakan ya saja ketika teman sekelasnya menawarkan diri menjadi sahabatnya, namun terlebih dahulu dia harus mau menghisap bubuk putih yang dibakar itu? Bapaknya pernah mengingatkan dirinya untuk tidak mencobai hal-hal yang merugikan kesehatan, seperti rokok. Dan Inan tau perihal betapa buruknya bubuk putih itu. Namun di luar semua itu, Inan teringat kepada kedua sahabatnya ketika ia ditawari demikian. Apakah mereka menawarkan persahabatan mereka dengan persyaratan? Apakah dia hanya bisa menemukan sahabat jenis baru, sahabat dengan syarat?

Maka dia putuskan dalam keputusasaannya, bahwa cukup sudah pencariannya akan sahabat. Tapi tak dapat ia pungkiri hatinya yang kosong kemudian. Ia masih tak menampik hak milik gadis itu akan matanya, namun cinta tanpa berbalas adalah sesuatu yang baru baginya, hal yang belum bisa ia pahami untuk memberikan kebahagiaan tersendiri. Maka langkahnya dibawanya menghadap altar gereja. Sebagaimana bapaknya sering mengingatkan. Maka disitulah ia di sore hari ketika gadis itu mengatakan tidak. Berlutut dan bertanya kepada figur yang dikenalkan bapaknya belasan tahun lalu itu, "apakah engkau benar sahabatku?"

Kejadian pada sore itu sempat menjadi pergunjingan orang-orang yang tau mengenainya selama beberapa waktu. Ada yang bilang gereja itu sudah dikutuk. Ada yang bilang wajar, karena bangunannya sudah tua. Dan pendapat-pendapat lainnya baik dari umat gereja maupun yang beragama lain. Yang jelas, bagi Inan, hari dimana salib itu roboh dari tempatnya, tak lama setelah ia bertanya demikian, adalah anggukan dari seorang sahabatnya yang ketiga dalam hidupnya.

---

"Ferdinandus Gilang Wardoyo, selamat melanjutkan pendidikanmu ke seminari tinggi, semoga kamu semakin mendalami persahabatanmu dengan Yesus dan menerapkannya dalam apapun pilihan hidup yang kau tentukan nanti," ujar pastur kepala kepada Inan, 18 tahun, yang menerima uluran jabat tangan dari pastur kepala sekolah seminari.

"Terimakasih kepada pastur yang terus memberikan bimbingan dan kepercayaan kepada saya, saya tidak akan melupakan jasa pastur dalam hidup saya. Harapan saya adalah, kerinduan pastur akan diganjar dengan layak di mata Bapa, amin."

Pastur kepala tersenyum mendengarnya, dan menganggukan kepala, "amin."

---

Inan sedang memainkan organ untuk ibadah kedua pada hari Minggu itu, menggantikan umat awam yang biasanya karena berkaitan dengan perayaan minggu panggilan, dimana para frater sepertinya diminta salah satunya untuk menjadi paduan suara, selain akan mengikuti berbagai kegiatan lainnya pada minggu itu.

Tengah mempersiapkan mengulang lagu-lagu yang akan dimainkan, sebuah perasaan menyapunya begitu saja. Dia lalu teringat pada matanya, dan dia sapukan matanya itu kepada umat-umat yang sudah ada di bangku-bangku panjang yang berjejer itu, lalu tertumbuk pada sepasang mata yang sedang melempar senyuman kepada matanya. Sebuah senyuman yang menjembatani lima tahun yang hilang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun