Mohon tunggu...
Budhi Sugeng R
Budhi Sugeng R Mohon Tunggu... karyawan swasta -

seoarang yang suka berpetualang dan bermimpi jadi seorang penulis. bermain main di dunianya aozora-aiko.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Penghancuran Buku dari Masa ke Masa

24 Januari 2018   10:13 Diperbarui: 25 Januari 2018   04:29 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bakarlah buku-buku jika ingin menghancurkan peradaban intelektual suatu bangsa, hancurkanlah perpustakaan nasionalnya jika ingin menghancurkan budaya dan sejarah masa lalu suatu bangsa.

Penghancuran dan pembakaran buku sudah berlangsung lama dalam hal ini Fernando Baez menjelaskan secara rinci tentang sejarah penghancuran buku , dari masa kekuasaan di Byzantium hingga abad 20 sampai sekarang.

Kepentingan dan pertentangan pada dunia politik, kekuasaan dan perang yang memicu terjadinya pembakaran atau penghancuran, selain itu pertentangan akan norma --norma agama juga ikut adil dalam sebuah peristiwa pembakaran buku. Bayangkan ribuan buku yang merupakan kekayaan intelektual  yang tersusun ribuan tahun  harus musnah dalam hitungan jam, sungguh merupakan suatu musibah yang begitu memilukan,

 Buku ini membawa kita ke masa-masa memilukan terkait dengan kehancuran perpustakaan , museum baik disebabkan karena kepentingan politik, bancana alam,dan kesucian akan suatu agama dan peradaban,

Dampak dari hancurnya buku , kitab atau manuskrip-manuskrip langka adalah kehancuran budaya masa lalu beserta sejarahnya suatu bangsa atau kaum.

Dari berbagai hal yang telah ditulis dalam bukunya Fernando Baez mengumpulkan secara garis besar bahwa penghancuran dan pembakaran buku dimotifkan akan kekawatiran bahwa buku-buku telah merecoki pikiran dan terus mengusik para penguasa dan mengancam akan eksistensinya.

Para fasis takut akan buku karena buku adalah parit-parit ingatan, dan ingatan adalah dasar bagi perjuangan keadilan dan demokrasi, sementara kaum religius berpandangan bahwa adanya ketakutan akan kesesatan-kesesatan yang dibawa dan kawatir akan mengotori kesucian ajaran suatu agama.

Bagiku buku tetaplah buku, tempat para penulis menuangkan pikiran, ide, dan gagasan, idiologi dan pendapatnya terlepas mereka benar atau salah menurut orang lain. Menghilangkan dan menghancurkan buku karya seseorang adalah sebuuah tindakan yang keji.  

Untuk melawan gagasan atau idiologi, pikiran atau ide dalam sebuah buku adalah membuat opini, jurnal,atau buku bantahan terhadap apa yang kita pertentangkan, adulah gagasan buku lawan buku hal ini akan menjadikan pertarungan intelektual yang terhormat.

@genk

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun