Judul Buku : Tasawuf Modern
Penulis : Prof. DR. Hamka
Penerbit : Republika
Namanya Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrulloh atau yang lebih dikenal dengan sebutan Buya Hamka, merupakan sosok seorang ulama sekaligus sastrawan dari Sumatra Barat.
Lahir di Maninjau, Sumatra Barat pada tanggal 17 februari 1908, ayahnya juga seorang ulama besar di Sumbar bernama Dr. Haji Abdul Karim Amrulloh pembawa paham-paham pembaharuan islam di Minangkabau
Banyak menulis buku, jurnal, tafsir alquran “tafsir al azhar”, dan banyak buku-buku tentang islam. Salah satu kumpulan tulisan-tulisanya mengenai kebahagiaan,dan pedoman menjalani hidup di bukukan dalam buku yang berjudul “ Tasawuf Modern”.
Buku ini berisi tentang tulisan-tulisan yang dulu diterbitkan di majalah Pedoman Rakyat pada tahun 1937, Tasawuf Modern berisikan tentang “bahagia” dan pandangan atau arti tentang kebahagiaan. Pendapat-pendapat tentang bahagia, hubungan antara bahagia dengan harta, agama, kesehatan jiwa dan badan .
Buku ini juga menyinggung sedikit tentang makna Tasawuf dan sedikit pendapat dari ulama.makna Tasawuf dijelaskan sebagai kehendak untuk memperbaiki budi dan men-shifa-kan ( membersihkan batin). Satu filsafat ilmu yang maksud awalnya hendak zuhud dari dunia fana. Kata Tasawuf sendiri mempunyai bermacam-macam makna diantaranya:
Shifa artinya bersih, shuf artinya kulit binatang, orang –orang yang memasuki dunia tasawuf memakai baju dari kulit binatang, mereka membenci pakaian yang indah-indah. Shuffah segolongan sahabat nabi yang mengasingkan diri disatu tempat terpencil di samping masjid nabi.
Selanjutnya pada bab berikutnya menjelaskan tentang makna bahagia, setiap orang tentu berbeda memaknai bahagia, ada yang memaknai kebahagiaan karena banyaknya harta mereka mengukur dari banyak sedikitnya harta yang ia miliki, ada yang memaknai kebahagiaan karena kedudukan, pangkat dan jabatan.
Orang fakir mengatakan kebahagiaan pada kekayaan, orang sakit mengatakan bahagia pada kesehatan , sang pengarang merasa bahagia karena karanganya diterima dan dibaca masyarakat luas, dan masih banyak lagi presepsi kebahagiaan menurut orang lain.
Berbagailah yang timbul ketika memberi keputusan, ada yang mengatakan baik, sebab sayang, ada yang mengatakan buruk, sebab benci. Berbagai ragam keputusan menurut pengalaman, ilmu, dan penyelidikan. Bahagia dan celaka itu hanya berpusat pada sanubari orang, bukan pada zat barang yang dilihat. Bagi sebagian orang masuk bui menjadi kecelakaan dan kehinaan, bagi setengahnya pula menjadi kemuliaan dan kebahagiaan.(Hamka)
Bahagia dekat dengan kita ada di dalam diri kita.
@genk