Mohon tunggu...
Budhi Sugeng R
Budhi Sugeng R Mohon Tunggu... karyawan swasta -

seoarang yang suka berpetualang dan bermimpi jadi seorang penulis. bermain main di dunianya aozora-aiko.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Mengintip Afganistan Lewat Buku “ Selimut Debu “

3 Januari 2015   03:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:56 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul Buku: Selimut Debu

Penuls : Agustinius Wibowo

Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama

Afganistan , apa yang terpikirkan tentang negara Afganistan ketika pertama kali terucap? perang, Al- qaida, Taliban, gersang, tandus atau wanita dengan pakaian serba tertutupnya yang dikenal degan burqa.

Afganistan merupakan Negara yang berada di kawasan asia tengah berbatasan langsung dengan Pakistan di sebelah selatan dan timur, Tajikistan, Turmenistan, Usbekistan di utara, Iran di sebelah barat.

Negara ini dahulunya memiliki peradapan yang tinggi dengan berdirinya patung Buddha (budha bamiyan di lembah bamiyan) terbesar di dunia, namun sisa-sisa kejayaan masa lalu punah hanya menyisakan puing-puingnya ketika di tahun 2001 dihancurkan oleh pasukan Taliban yang berkusa pada saat itu, ledakan bom meluluh lantakan hanya karena tidak sesuaidengan syariat islam.

Berpetualang ke negri yang dipandang sebelah mata oleh sebagian orang , dan mereka enggan untuk menyinggahinya adalah sebah petualangan seru tersendiri, terutama bagi mas Agustinus Wibowo yangberpetualang sebagai backpacker menjelajahi negri-negri yang hancur oeh konflik bersenjata.

cover depan

Buku yang berjudul Selimut Debu adalah catatan perjalanan ketika ia berpetualang menjadi backpacker ke negri yang penuh konflik tersebut, di mana harga nyawa manusia teramat murah karena kematian, bom bunuh diri, penembakan merupakan hal yang sudah dianggap biasa bagi masyarakat Afganistan.

Melalui buku ini pula potret kehidupan rakyat Afganistan tergambar, bagaimana mereka menghadapi gejolak hidup dalam bayang-bayang peperangan dan kehancuran akan negri yang mereka cintai.

1420206090809555766
1420206090809555766

cover belakang

Banyak cerita yang tersaji menjadikan jiwa petualang bagi pembaca untuk segera mengembara dan berpetualang untuk ikut merasakan atmosfer perjalanan dalam mencari makna hidup .

Afganistan negara miskin penuh konflik, namun menyimpan keramahan disetiap langkah perjalananya, perbedaan yang mencolok antara perumahan kumuh dengan kemewahan bangunan di tengah kota Kabul tersaji jelas lewat pengalaman yang ia tuliskan.

Wanita—wanita yang tertutup burqa, wanita yang terpenjara di dalam rumahnya, penerapan hukum islam secara keras, potong tangan bagi pencuri, rajam bagi pezina merupakan syariaatyangditegakkan semasa kekuasaan Taliban.

Kini Taliban sudah tumbang, namun damai negri tandus itu masih jauh dari harapan

Membaca Selimut Debu serasa ikut terbawa merasakan tandusnya tanah afganistan, tebalnya debu yang berterbangan, danmimpi-mimpi dan harapan rakyat Afganista yang hanya menjadi mimpi dan harapan rakyatnya.

Buku ini adalah satu dari tiga bukuyang ia tulis dalam petualnganya menjadi backpacker, buku lain diantarany berjudul Titik Nol yaitu tentang catatan perjalanan di daratan China, Nepal, India dan Pakistan,.

1420206144123975265
1420206144123975265

3 buku perjalanan

Sementara dalam buku yang berjudul Garis Batas berisi tentang catatan perjalananya di negri-negri asia tengah Tajkistan, Kirgiztan , Kazahtan, Uzbeistan, serta Turkmenistan, yang kesemuanya memberikan nuansa berbeda dan menggambarkan kondisi , ragam budayadisetiap Negara yang disinggaihinya .

1420206183278410846
1420206183278410846

Melalui buku ini kita seolah diajak untuk membangkitkan jiwa petualang kita, ketika rasa itu hanya menjadi endapan dalam hati..

Dan ahirnya Selamat membaca & Selamat berpetualang

@genk

pic. doc.pribadi

Di post juga di  www.forum jalan2.com




142020553156625006
142020553156625006

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun