Mohon tunggu...
Aosin Suwadi
Aosin Suwadi Mohon Tunggu... -

Menjajal melintas Rimba Raya Dunia Maya, dari sebuah SMA Negeri 6 di Banten

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Terlepas dari Genggaman (Seri Pertama)

27 Februari 2016   19:50 Diperbarui: 3 Agustus 2016   16:24 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Cerita ini hanya fiktif belaka yang diangkat dari kehidupan anak-anak pedesaan yang kaya akan permainan anak-anak. Crita ini mengisahkan kehidupan anak-anak serta remaja. Pada bagian kesatu ini cerita diarahkan kepada kehidupan anak-anak, sedangkan bagian kedua nanti akan diarahkan kepada ABG dan remaja. Selamat membaca!!!

Di tengah sawah tadah hujan di belakang perkampungan, di situlah anak-anak kampung bercanda dan bersuka ria dengan berbagai permainan dan kegiatan yang mereka lakukan. Diantara mereka ada yang secara kelompok melakukan permainan galah, enggrang, petak umpet, ada juga yang melakukan permainan bebentengan. Berbeda dengan anak-anak kota yang secara individual hampir setiap hari sibuk dengan berbagai permainan elektronik yang canggih. Sungguh jauh perbedaan karakter permainan mereka. Permainan anak-anak kampung, bernilai sosial sangat tinggi dan mengarah kepada kehidupan bermasyarakat, sedangkan permainan anak-anak kota akan mengarah kepada kehidupan yang nafsi-nafsi.

Sementara itu di samping pesawahan tempat anak-anak bermain, di atas tebing yang tidak terlalu tinggi Soni, Hari, dan Amin sepertinya sedang berkejar-kejaran di semak-semak di bawah pohon-pohon yang jaraknya cukup rapat. Mereka sedang berlomba menangkap seekor anak burung ketilang yang baru saja dilepaskan oleh induknya dari sarang tempat dia dierami. Anak burung tersebut sudah bias terbang, tapi belum lincah. Burung itu terbang dari satu pohon ke pohon lain. Akan tetapi karena tenaga sayapnya belum kuat, burung itu sering jatuh ke semak-semak. Saat itulah mereka saling dahulu mendahului meraih anak burung, bahkan tak jarang mereka saling menabrakkan dirinya. Akan tetapi karena semak-semaknya cukup rapat, maka anak burung telah lebih dulu menyelamatkan diri terbang ke ranting pohon yang belum terlalu tinggi. selamatlah anak burung untuk sementara.

Hari kesakitan karena kepalanya berbenturan dengan Amin. Mereka bertengkar saling menyalahkan. “Kamu sengaja yah menabrak aku”. Kata Hari dengan suara pelan menahan rasa sakit di kelapanya. “Kamu tuh yang menabrak aku”. Amin balik membentak. Sebenarnya mereka memang saling mebabrak. Hampir saja mereka berkelahi. Untung saja Soni bisa menempatkan diri menjadi trigonis di antara mereka. Usia Soni memang dua tahun lebih muda tapi posturnya jauh lebih tinggi dari Hari dan Amin. “Udah jangan berantem entar burungnya kabur”! Soni mengajak mereka melanjutkan pengejaran anak burung ketilang, yang saat itu masih bertengger di ranting pohon yang tidak terlalu tinggi. Hari lebih dulu berlari ke bawah pohon dan menggerak-gerakkan pohon rambutan yang masih kecil tempat anak burung bertengger. Secara kebetulan anak burung trerjatuh tepat di tangan Amin. Karena Hari tidak senang jika anak burung menjadi milik Amin, maka dia mengejar dan menabrak Amin hingga anak burungnya terlepas. Keduanya hanya bisa menyesal atas apa yang mereka lakukan.

Sementara itu anak-anak lain yang sedang bermain di tengah sawah mendadak ramai bersorak-sorak seperti sedang mengejar sesuatu. Soni, Hari, dan Amin mengalihkan perhatian ke tempat anak-anak bermain di sawah, tapi mereka tida tertarik untuk mengikuti perebutan sebuah layang-layang yang yang putus sedang melayang-layang di atas lapangan. Semua permainan mendadak dihentikan, dan mereka semua ikut memperebutkan layang-layang yang sedang melayang mundur maju, goyang kiri dan kanan. Semua tangan ditadahkan ke atas untuk menangkap layang-layang. Beberapa anak ada yang menangis karena kakinya terinjak oleh anak-anak lain yang badannya lebih besar.

Karena dorongan angin kencang yang tiba-tiba berubah arah, layang-layang itu terbang mengarah ke bawah pohon tempat Soni, Hari, dan Amin sedang duduk-duduk. Walaupun awalnya tidak tertarik untuk ikut berebut layang-layang, akan tetapi karena layang-layangnya mengarah kepada mereka, akhirnya mereka terutama Hari dan Amin berebut juga. Kali ini Hari yang memenangkan perebutan. Akan tetapi sepertinya Amin dengan sengaja merebut layang-layang itu dari tangan Hari, hingga terbagi menjadi beberapa sobekan kecil.

Demikian tulisan ini dipublikasikan semoga bermanfaat dan Anda bisa terhibur serta dapat mengenang masa ana-anak Anda. Terima kasih atas kunjungannya, dan jika berkenan mohon tinggalkan komentar, demi untuk perbaikan karya-karya berikutnya.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun