Mohon tunggu...
Aosin Suwadi
Aosin Suwadi Mohon Tunggu... -

Menjajal melintas Rimba Raya Dunia Maya, dari sebuah SMA Negeri 6 di Banten

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan Karakter dan Karakter Pendidikan

28 Januari 2014   08:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:23 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pendidikan Karakter dan Karakter Pendidikan

Oleh: Aosin Suwadi, S. Pd., M. Si.

Guru SMA Negeri 6 Kota Serang



A.Pendahuluana

Dalam hitungan satu atau dua tahun kita tidak dapat melihat pergeserannilai-nilai dan moral hidupbangsa. Akan tetapi jika diukur dalam selisih waktu satu atau dua dasa warsa, apalagi dalam hitungan setengah atau satu abad, dapat kita lihat atau rasakan dengan jelas betapa jauh perbedaannya. 350 tahun Belanda menjajah dan membelenggu bangsa kita, mengakibatkan berbagai kesengsaraan dalam berbagai lini kehidupan. Kita tahu bahwa pendidikan feodalisme pada zaman penjajahan Belanda telah mengajarkan tata karma dan penghormatan yang berlebihan terhadapbangsa Belanda, sebagai penguasa. Sejalan dengan definisinya bahwa féodalisme adalah sistem sosial atau politik yang memberikan kekuasaan yang besar kepada golongan bangsawan, atau sistem sosial yang mengagung-agungkan jabatan

Akan tetapi harus kita akui bahwa pendidikan tersebut menyisakan sikap hormat dan patuh dari bawahan kepada atasan, anak kepada orang tua, istri kepada suami, terlebih lagi siswa kepada guru. Sikap dan prilaku ini membekas dalam waktu yang cukup lama, bahkan melekat menjadi karakter bangsa kita.

B.Karakter Pendidikan

Pada zaman Orde Baru kita melihat ada perubahan sedikit demi sekikitprilaku dan karakter kehidupan sosial warisan feodal mulai berkurang. Akan tetapi masih memperlihatkan sikap hormat yang cukup tinggi. Dalam kurikulum pendidikan pada zaman Orde Baru, dimasukkan Tap MPR No II Tahun 1978 tentang Eka Prasetia Pancakarsa, yang berisi Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Karakter pendidikan ini sangat dominan terutama dalam kurikulum pendidikan tahun 1968 dan 1975.

Sejak rezim Orde baru tumbang dan dibukanya kran reformasi dalam era globalisasi, tentu saja kurikulum harus fleksibel mengikuti perkembangan zaman. Pendidikan dalam era ini, cenderung menonjolkan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kurikulum ini telah menyeret bangsa kita dipaksa untuk sejajar dengan bangsa-bangsa lain dunia. Akibatnya, pendidikan moral, nilai-nilai, dan karakter sebagai akar budaya bangsa kita, terabaikan.

Fakta nyata dapat kita lihat khususnya di dunia pendidikan, para siswa secara umum sudah tidak menaruh homat dan tidak patuh terhadap tata tertib di sekolah. Siswa-siswa tersebut diantaranya tentu ada yang menjadi guru. Hal ini akan terjadi terus menerus, dan tentunnya akan terjadi penyusutan nilai moral dan karakter secara terus menerus. Di sisi lain kita juga melihat fakta-fakta, seperti curanmor penodongan, penipuan hiopnotis, dan sebagainya. Secara jujur harus kita akui bahwa hal itu merupakan andil besar dari produk kurikulum pendidikan.

C.Pendidikan Berkarakter

Krisis nilai dan moral bangsa, kejahatan-kejahatan yang terjadi di negara kita, menyadarkan bangsa kita bahwa pendidikan dan pengajaran keduanya memang penting. Pendidikan berkonotasi kepada prilaku baik tidak baik, sedangkan pengajaran berkonotasi pintar tidak pintar, atau terampil tidak terampil. Asumsi ini ikut mengilhami lahirnya pendidikan berkarakter yang disertakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Selain itu pendidikan berkarakter ini juga sepertinya sejalan dengan pendidikan P4 yang dijabarkan ke dalam 36 butir perbuatan baik yang harus dilakukan oleh bangsa Indonesia yang pancasilais.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun