Naik kereta api ... tut ... tut ... tut Siapa hendak turut Ke Bandung ... Surabaya Bolehlah naik dengan percuma Ayo temanku lekas naik Keretaku tak berhenti lama
Begitulah sepengalan lirik lagu naik kereta api. Kerata api bagi masyarakat dinegeri ini terutama mereka yang berada di Pulau Jawa bagaikan sesatu yang melekat dan memiliki arti tersendiri. Sejak kecil kita diperkenalkan dengan kereta api aku mengherankan jika Ibu Sud menciptakan lagu ini, tujuannya agar anak-anak di nusantara mengenal, menghargai dan mengingat akan jasa kereta api. Kereta api bagi masyarakat Indonesia merupakan sarana transportasi yang murah meriah, bukan berarti kereta api identik dengan kemiskinan loh........
Keberadaan kereta api bagi saya jawaban akan semprautnya arus lalu lintas yang menghubungi Ibu Kota Jakarta dengan daerah lainnya seperti Bekasi, Depok, Bogor, Banten. Meski selama ini pelayanan kereta api dirasakan masih kurang dari memuaskan, namun tetap saja keberadaan kereta api sesuatu yang sangat diidolakan.
Saya sempat risau ketika Kementrian Pehubungan bersama PT KAI memastikan, akan melakukan pergantian Kereta Rel Listrik (KRL) non AC menjadi KRL AC yang rencananya dilakukan pada Juli tahun ini. Direncanakan pihak Kemenhub selama waktu transisi, akan menggencarkan sosialisasi pergantian tersebut.
Mengapa terkesan pihak yang seharusnya bisa memfasilitasi kebutuhan masyarakat terkesan lebih memikirkan keuntungan semata, seharusnya pihak perhubungan maupun perkeretaapian lebih mengutamakan peningkatan pelayanan dan memperhatikan kondisi masyarakat. Meski ada alasan yang didampaikan lembaga terkait tetantang rencana ini dengan alasannya penumpang KRL dari kalangan kurang mampu nantinya akan mendapat subsidi dari pemerintah. Sebelumnya akan dilakukan survei langsung, untuk memastikan subsidi tepat sasaran. Apakah dengan survey bisa menjawab permasalahan masyarakat. Terkesan saat ini survey lah yang menentukan keadaan masyarakat bukan kenyataan yang ada.
. Sudah menjadi tradisi jika kereta api datang telat, maupun adanya ganguan teknis lainnya. Berdasarkan laporan PT KAI, tercatat, sepanjang 2012, rangkaian KRL ekonomi mengalami 1.200 gangguan. Hal itu menyebabkan terganggunya 4.500 perjalanan kereta lainnya.
Meski banyak mengalami gangguan, tetap saja kereta api ekonomi bagian yang tak terpisahkan. Faktor biaya lah yang dirasakan masyarakat kereta ini masih terasa nyaman, meski sebenarnya kesan dari nyaman jauh sekali. Saya secara pribadi sangat sedih jika KRL ekonomi harus menghilang, bisa dibayangkan kisaran biaya yang harus dikeluarkan. Pada dasarnya saya mendukung rencana penghapusan KRL ekonomi, namun penghapusan ini juga memperhatikan kondisi masyarakat. Alasan utama menggunakan ekonomi sudah sangat jelas karena faktor biaya, jika mereka mampu atau memiliki pendapatan yang cukup fantastis dapat dipastikan tak akan menggunakan kereta yang identik milik rakyat.
Sudah menjadi pemandangan yang biasa jika didalam gerbong KRL ditemui beraneka ragam dagangan, maupun pemandangan lainnya. Itu semua merupakan dinamika dari kenyataan yang ada. Menyikapi rencana kenaikan ini, saya secara pribadi sepakat dengan apa yang disampaikan Menteri Perekonomian Hatta Rajasa. Dirinya dengan lantang mengatakan selain kenyamanan dan keselamatan, kemampuan masyarakat untuk membeli tiket kereta api juga perlu menjadi pertimbangan karena tarif hendaknya mencerminkan kemampuan masyarakat untuk membayar. Ia menanggapi rencana PT Kereta Api Indonesia (KAI) yang akan menghentikan operasi KRL Non-AC untuk Lintas Serpong dan Bekasi mulai tanggal 1 April 2013 sebagai bentuk peningkatan pelayanan kepada penumpang.
Artinya dirinya masih peduli terhadap keadaan masyarakat. Bisa dibayangkan jika kenaikan ditetapkan PT KAI, sama saja mematikan kehidupan masyarakat secara tak langsung. Tak mengherankan jika Ketua umum PAN ini menilai kemampuan masyarakat untuk membayar juga harus dipikirkan selain faktor kenyamanan dan keselamatan.
Jika PT KAI hanya memikirkan kenyamanan dan keselamatan penumpang tapi tidak memperdulikan keadaan ekonomi masyarakat, bisa dibayangkan harus menggunakan transportasi apa lagi masyarakat dinegeri ini. Tujuan dari subsidi sangat jelas untuk meningkatkan kesejahteraan masyrakat, jika memang KRL ekonomi dihapus, saya berharap Kemhub beserta PT KAI harus menjamin harga tiket yang di jual harus sesuai dengan harga ekonomi.
Saya akui memang kereta api dinegeri ini tak secangih di Jepang ataupun senyaman seperti kereta api lainnya di negara-negara barat. Tetap saja masyarakat masih mencintai KRL ekonomi, selain murah kereta api ini terbukti selalu meriah ditengah-tengah kehadirannya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI