Penjajahan dengan metode yang lebih halus melalui invasi pabrik-pabrik asing yang memproduksi barangnya di Indonesia, mendapatkan pekerja dan bahan baku murah dari Indonesia, dan memiliki lokasi pasar yang menjanjikan yaitu di Indonesia sendiri.Â
Berdirinya pabrik-pabrik tersebut membuat bangsa ini sulit mandiri karena tergantung pada kepentingan asing, seolah-olah bangsa ini adalah kepanjangan tangan dari bangsa Asing.Â
Sisi positifnya adalah mengurangi pengangguran, namun di sisi lain kran-kran Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) juga terbuka lebar. Hal itu dapat dilihat dari proses perijininan, proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan penentuan Upah Minimum Regional (UMR) yang seringkali mencederai hati para buruh dan pekerja. Perhitungan investasi yang selalu merugikan negara dan menguntungkan segelintir orang ketika proses negosiasi yang juga mirip dengan pemborong-pemborong pribumi di masa lalu.
Sudah saatnya bangsa ini berbenah untuk mengurangi ketergantungan asing melalui perubahan sistem-sistem tua yang diwariskan dari masa kolonial. Kebobrokan karakter masyarakat yang berlomba-lomba untuk menjadi pemangku jabatan mencerminkan bangsa ini belum merdeka secara nurani dan pemikiran, bangsa ini masih melestarika tradisi yang dahulu mereka benci.Â
Semoga bangsa ini lekas berbenah, pemikiran berubah, melalui belajar dari sejarah. Bukan untuk menirunya melainkan untuk belajar dari apa yang terjadi di masa lalu untuk menghadapi masa kini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H