Mohon tunggu...
Adolpus otoper
Adolpus otoper Mohon Tunggu... Buruh - Hanyalah tukang cangkul tanah

Selalu merayakan hidup dengan membaca, menulis, berdiskusi, dan merenung dengan diri sendiri dan oranglain dalam metode disputio et dialegtika. Saya suka seni dan musik juga.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Senimanisme

10 April 2024   23:10 Diperbarui: 10 April 2024   23:17 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pengantar

Para budiman terkasih. Saat ini banyak orang tan berfikir mendalam menarik kesimpulan dan menyebut dirinya seniman bila hanya sukses dalam satu bidang seni saja. ini adalah masalah yang memberikan arti sempit dari seni.

seni itu tidak sesempit apa yang kita terima dan mengerti serta merayakan. sungguh aneh bila seseorang merayakan satu bentuk seni dipanggil ahli seniman atau seniman. Pada hal ia hanya terkenal dalam satu bidang saja.

Paradigma ini adalah masalah yang membuat pengertian seniman itu menjadi sempit. Seni dan seniman itu ruwet, rumit, pelik, aneh, ganjil, tidak pasti dan tidak jelas. Ia memiliki dunia nyatanya sendiri yang tidak bisa dimasuki semua orang.

Para budiman akan ada kemungkinan baru dimana kita dapat mengerti seperti apa dunia seni dan bagaimana gambaran bahwa seseorang pantas secara masuk akal disebut seniman. Semoga tulisan ini memberikan pengentian yang membantu kita mengerti serta menjumpai paradigma seni dan seniman yang sesungguhnya.

Seni menjadi seniman

Seni merupakan bahasa numena yang menampilkan dirinya dalam fenomena. Ia senantiasa memanggil kita tanpa kita menjawab yeah atau tidak. Kita selalu menjumpainya di luar nalar kita.

Kita sering mengerti bahwa seni itu sesuatu bentuk yang kita ciptakan. Ini adalah bukan jawabannya. Tetapi jawabannya adalah senilah yang memanggil kita dan memberikan perintah kepada akal kita dengan membentuk suatu karya seni yang harus diwujudkan.

Plato memandang menerima dan menyimpulkan bahwa seni yang sesungguhnya adalah dunia di luar diri kita yaitu alam semesta. Maka ada istilah baik oleh plato yaitu mimesis bagi kita yang sedang merayakan seni. Mimesis adalah dinamika meniru yang sangat kuat dalam kemanusiaan kita. 

Mimesis mungkin bisa membantu kita untuk keluar dari paradigma sempit serta keyakinan tanpa dasar pengetahuan yang kuat. Hal ini bisa dibantu juga oleh karya-karya musikus seperti John Sebastian Bach, Bethouven, michael Angelo sang pengukir terkenal dunia tidak pernah menklaim bahwa dirinya adalah seniman karena meraka hanya merayakan salah satu bentuk seni saja.

Mengapa demikian? Seni memang tidak dapat kita rayakan dan terima semuanya.  mereka yang dalam bentuk teori sebagai ahli seni tanpa mewujudkan nyatanya bukanlah seniman. Walau dalam satu bentuk seni saja mereka mampu mengekspresikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun