Mohon tunggu...
Adolpus otoper
Adolpus otoper Mohon Tunggu... Buruh - Hanyalah tukang cangkul tanah

Selalu merayakan hidup dengan membaca, menulis, berdiskusi, dan merenung dengan diri sendiri dan oranglain dalam metode disputio et dialegtika. Saya suka seni dan musik juga.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Realitas Membahasakan Aku

25 Maret 2024   13:59 Diperbarui: 17 April 2024   08:24 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

HEGEL pernah menyampaikan bahwa bahasa adalah realitas. segala sesuatu di dalam dan luar manusia dan kenyataan adalah energi yang dibahasakan oleh bahasa. Bahasa artinya bunyi, durasi, bentuk, kata, energi, ruh, kekuatan, tanda, gerak, notasi, sabda dengan konstanta unlimited, yang dalam bahasa Yunani adalah logos. 

Dalam logos tersimpan gundang rasa keabadian yang tak akan pernah habis. ia yang menciptakan dan membuat manusia bergerak dan ada kini dan di sini. ia mengakan dan menidakan dalam dirinya yang tak pernah habis. ini adalah usaha yang diciptakan supaya manusia kelak menjadi bahasa itu sendiri.

Tujuannya adalah manusia jasmani menjadikannya manusia roh. Manusia roh artinya kepribadian yang nyata ini menjadi yang murni terlepas dari dunia nyata kotor ini. Dengan demikian manusia fisik dapat diubah dan dibentuk menjadi manusia roh walau harus sakit tanpa menikmati kenyataan ini. inilah proses yang dikehendakinya. Tentu penderitaan yang kita mengalaminya harus penuh supaya demi kehidupan yang dimaksudkannya tercapai.

singkatnya bahwa dunia ini adalah medan tempat dimana manusia jasmani harus menderita sampai mati. sebab penderitaan yang diperintahkan bahasa ini adalah cara untuk pemurnian jiwa melalui roh bahasa.

Kita pasti bertanya apa perbedaan kata-kata kotor dan kata-kata bersih. perbedaan ini sesungguhnya kita melevelkanya pada hukum hitam putih menurut dualitas manusiawi dan duniawi kita. pada hal kita diarakan oleh bahasa bukan untuk menikmati kata-kata bersih; bukan juga menikmati kata-kata kotor. Tetapi kita diarahkan dalam kenyataan tanpa realiatas rancangan kita.

Sikap untuk mengalaminya adalah menerima setiap fenomena dan numena tanpa logika manusia. hal ini sesuai dengan metode epoche oleh Edmund Russel. Kita menerimanya dengan menyimpan semua pandangan subjektifitas kita. Kita menyaimpannya dalam sudut pandang tak digunkan alias melupakanya.  Dengan demikian kita mengalaminya dalam diam, tenang dan lepas bebas tanpa beban. Demikian rancangan. sekian...

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun