Tidak perlu ada pembatasan sosial untuk makhluk sosial. Dengan kata lain, kita bukan lagi menghadapi Korona, namun musuh kita adalah pembatasan ini dan itu. Mungkin banyak orang yang ingin menyuarakan kekesalannya terhadap kondisi saat ini, namun terhalang pembatasan itu sendiri. Hari ini saya ingin menyampaikan bahwa bukan hanya pembatasan fisik, namun saat ini sudah masuk pembatasan pikiran juga.
Entah mengapa saya merasakan banyak orang yang takut bersuara dan memilih bermain TikTok atau media sosial lainnya. Bahkan banyak dari kita tidak lagi skeptis dan kritis tentang segala hal. Apakah ini dampak yang ditimbulkan dari 'Pembatasan' saat ini?
Jarang saya menemukan ruang-ruang diskusi untuk membahas topik secara mendalam, bahkan kanal-kanal yang biasanya berdiskusi secara mendalam seperti ILC pun saat ini 'cuti'. Apalagi diikuti dengan pembelajaran daring yang dilakukan mahasiswa se Indonesia, membuat ruang diskusi secara langsung dibatasi atau bahkan ditiadakan.
Bila saya boleh berpendapat, tidak perlu ada pembatasan sosial untuk makhluk sosial. Karena kata sosial itu mewakili pembatasan badan, pikiran, dan jiwa. Tanpa ketiga ornamen itu, kita bukan lagi manusia. Mungkin lebih tepat bila singkatan PSBB itu adalah "pembebasan sosial berskala besar". Dengan pembatasan kita hanya akan mendapatkan kesulitan, karena akses dibatasi.
Apakah PSBB adalah proyek pembodohan? Karena saya merasa, saya ini semakin bodoh saat ada PSBB, bahkan saya tidak tahu tingkatan keilmuan saya sendiri, karena tidak ada lawan bicara.Â
Saya ingin mengobrol mendalam, namun banyak orang takut keluar rumah, saya ingin berbicara, namun terhalang masker, saya ingin liburan, namun biaya SWAB Antigen lebih mahal daripada tiket kereta Jakarta-Jogja, lalu sekalinya saya mengobrol dan berdiskusi, dibubarkan sama polisi. Entah berapa lama kondisi ini berlangsung, semoga besok PSBB bisa hilang dan masyarakat kembali bersosial tanpa harus takut apapun.
Banyak pedagang yang kesulitan saat ini, bangkrut, berhutang, merugi alias sengsara. Siapa yang mau bantu? Pemerintah? Pemerintah juga kan lagi pembatasan diri. Pengangguran dimana-mana, PHK sudah biasa, MENGGAJI seenaknya, sungguh tidak ada kontrol tentang ini.Â
Kita semua rugi, tapi tolong jangan merugikan orang, dengan segala kesulitan dan aturan yang dibuat. Jangan membatasi pikiran penerus bangsa, jangan batasi pergerakan orang yang mau sekolah. Masa Bioskop dibuka, sekolah ditutup, masa pedagang pinggir jalan dibubarkan, mall enggak, masa jam malam diberlakukan, jam siang dibebaskan, gimana coba nasib Abang nasi goreng yang biasanya mangkal mulai jam 6 sore, masa cuma bisa dagang 1 jam. Saya muak dengan kondisi gajelas ini, kita DirumahAja, Mau MakanApa?
Enak aja liat orang-orang yang bisa WFH dan SFH. Kerjaan dibawa kerumah, WiFi kenceng, mau makan tinggal Buka Hape cari promo di Aplikasi. PSBB hanya cocok bagi mereka yang punya penghasilan tetap dan bisa WFH. Kalau kita sebagai pedagang, buruh pariwisata, Â petani, atau apapun yang dapet duit harus ke luar rumah susah banget sesuai dengan kebijakan yang engga bijak seperti PSBB. Tolong jangan cuma mentingin keluarga sendiri doang, tolong jangan mentingin 'kolam' Lo doang. Karena Lo hidup berdampingan sama kolam lainnya, jangan sampai kolam lo merugikan kolam orang lain. Jangan sampe aturan yang sudah menguntungkan kolam lo, dibawa ke kolam orang lain dan seluruh kolam yang ada.
Saya gatau nasib orang-orang yang susah cari sinyal menghadapi kuliah atau sekolah daring. Kebayang aja udah susah buat cari uang, ditambah harus cari sinyal dan kuota buat sekolah. Emangnya Indonesia udah merata masalah sinyal Hape? Emangnya Indonesia profesinya orang kantoran semua yang bisa bawa kerjaannya kerumah? Emangnya kebutuhan makan dan sekolah udah terpenuhi?
Untuk apa ada pembatasan kalau yang nyaman cuman segelintir orang, ga semuanya nyaman? Kan mending gausah