"ASEAN Matters: Epicentrum of Growth" adalah tema yang diangkat Indonesia untuk kembali mengambil peran kepemimpinan global pada keketuaan ASEAN dan ASEAN +3, melanjutkan tema besar sebelumnya pada Presidensi G20 tahun 2022 lalu dengan tema "Recover Together Recover Stronger".
Keketuaan Indonesia ini dapat mendorong ASEAN berperan aktif menawarkan ide dan solusi untuk memperkuat pemulihan ekonomi, serta menjadikan Asia Tenggara sebagai mesin pertumbuhan dunia.Â
ASEAN, Association of Southeast Asian Nations, adalah organisasi geopolitik dan kerja sama ekonomi dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Organisasi ini beranggotakan 10 negara yaitu: Indonesia, Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina, Kamboja, Laos, Myanmar, Thailand, dan Vietnam. Didirikan pada 8 Agustus 1967 di Bangkok.Â
Sedangkan ASEAN +3 adalah hubungan kerja sama negara-negara ASEAN ditambah 3 negara lagi dari Asia Timur, yaitu: Cina, Jepang, dan Korea Selatan. Organisasi ini didirikan pada tahun 1997 pada saat kawasan Asia dilanda krisis ekonomi.Â
Sebagaimana disampaikan oleh Ibu Rahayu Puspasari (Kabiro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan) pada Press Release di laman Kemenkeu.go.id, ASEAN+3 Task Force Meeting menjadi agenda pertama dalam jalur keuangan keketuaan ASEAN Indonesia 2023.
Dari beberapa sesi dan pembahasan pada pertemuan yang dilaksanakan di Nusa Dua Bali, pada tanggal 2-3 Februari 2023 tersebut, negara-negara ASEAN +3 masih harus mewaspadai risiko pelemahan ekonomi global.Â
Untuk mengatasi masalah ini, ASEAN +3 harus terus berupaya menguatkan ekonomi kawasan serta memanfaatkan kerja sama ekonomi dan keuangan internasional.Â
Indonesia yang memiliki misi untuk meningkatkan kerja sama ekonomi negara-negara ASEAN +3, salah satu misinya adalah dengan menyepakati penggunaan mata uang lokal sebagai sistem pembayaran di kawasan ASEAN +3 (LCS), dan Bank Indonesia lah sebagai pendorong konektivitas antar negara itu, atau yang biasa disebut cross border transaction.Â
Dengan adanya kesepakatan ini, diharapkan konektivitas sistem pembayaran di ASEAN makin integratif dan mudah, tidak tergantung pada kurs mata uang lain (dalam hal ini dolar AS). Selain itu juga untuk memperkuat mata uang negara ASEAN +3, menciptakan stabilitas nilai tukar, dan memperkuat kerja sama keuangan regional.Â