Liburan semester ganjil telah berlalu, saatnya memasuki semester genap, yang berarti juga tahun ajaran baru akan segera datang. Saatnya mempersiapkan diri untuk pilih-pilih sekolah atau kampus. Pernah mengalami, bukan?
Bagi mereka yang telah punya tujuan dari awal tentu hal itu bukan lagi masalah. Berbeda lagi dengan mereka yang belum menentukan pilihan karena harus menunggu perolehan nilai. Pernah merasakan juga?
Hal ini bisa dianggap mudah, tetapi bisa menyulitkan juga. Sebagaimana pernah saya alami saat memilihkan sekolah untuk putri saya yang ke dua.
Dari awal, saya sudah punya pilihan SMP mana yang akan kami tuju. Namun, pada saat pendaftaran aturan diubah. Pendaftaran yang awalnya menggunakan seleksi nilai berubah menjadi seleksi jarak, melalui jalur zonasi, sementara jarak rumah ke sekolah lumayan jauh.
Bagaimanapun juga kami yang butuh sekolah, peraturan harus tetap ditaati. Jarak rumah ke sekolah yang lebih dari satu kilometer pasti akan terpental, meskipun nilainya tinggi.
Setelah gagal melalui jalur zonasi kami masih ada kesempatan melalui jalur nilai. Akan tetapi, kuota siswa dari jalur nilai tidak sebanyak dari jalur zonasi. Mau tidak mau harus ikut aturan, akhirnya tersisih dari pilihan pertama, diterimalah di pilihan ke dua.
Masih bersyukur juga, sih, karena pilihan ke dua masih sekolah favorit. Namun, rencana awal yang telah dipersiapkan jadi berubah. Belum rezekinya di sana.
Tinggal bagaimana kita memberi pandangan kepada si anak. Apa yang harus dipersiapkan di sekolah yang baru dan apa konsekuensi dari pilihan itu.
Berbeda lagi dengan si kakak yang lulus SMA dan akan mengikuti UTBK. Dari awal juga sudah menentukan jurusan dan universitas yang dituju. Namun, hasil ujian tidak sesuai ekspektasi. Akhirnya, mencoba jalur lain baik mandiri atau vokasi.
Jalur Mandiri pasti lebih mahal biayanya, sedangkan jalur vokasi pasti beda lagi pertimbangannya. Semua kembali pada si anak yang akan menjalani, tetapi peran orang tua dalam memberikan arahan juga sangat dibutuhkan.
Faktor biaya dan lama pendidikan juga harus dijadikan pertimbangan. Jika sekolah vokasi mungkin hanya tiga tahun, berbeda dengan yang non vokasi bisa empat sampai lima tahun, otomatis biaya juga akan menyesuaikan lama belajar.