"Nah, gitu, dong! Secara Bang Rendy kan juga sering ke luar, Mam, siapa tahu saja ada virus yang kebawa, kasihan Mami dan Papi juga kalo sampai tertular." Ucapan Rena masuk akal, Mami jadi terdiam sesaat lalu kembali sibuk dengan peralatan dapurnya.
Rena pun berlalu, saat melintas di depan kamar Rendy ia mendengar abangnya itu seperti bicara dengan seseorang di telepon. Tak lama kemudian Rendy ke luar dan menuju dapur mencari sesuatu. Di sana ia disapa oleh Mami, sambil menyelidik benarkah Rendy tertular oleh virus mematikan itu.
"Rendy, sepertinya kamu kurang sehat, ya? Mami antar periksa ke dokter mau, ya?" tanya Mami.
"Memang kenapa, Mi? Rendy baik-baik saja, kok," jawabnya santai.
"Kamu lagi ada masalah? Mami perhatikan kamu seperti gelisah, bingung, marah-marah, dan gak bisa tidur. Mami takut kamu kena infeksi virus corona yang sudah bermutasi."
"Virus mutasi? Kata siapa, Mi? Rendy merasa baik-baik saja, sih. Tapi belum tahu tentang virus mutasi. Nggak usah, deh, Mi, Rendy baik-baik saja."
Rendy yang merasa sehat tetapi emosinya sedang tidak stabil terkejut dan berusaha menolak.
"Kita periksa saja, nanti Mami antar sebelum terlambat dan virus menjalar ke mana-mana." Rendy pun pasrah.
***
Setibanya di rumah sakit, Rendy langsung diperiksa dokter yang bertugas siang itu. Kebetulan saja tidak ada antrian jadi langsung mendapat pelayanan dan segera diperiksa sebagaimana mestinya.
"Kenapa ini, Mas? Apa yang dirasakan?" tanya Dokter Mirna.