Sampai hari ini, masih bisa kurasakan hangat dekapmu kala itu
Seakan tak ingin kau lepaskan walau sekejap mata
Bersamanya kau tumpahkan segala rasa yang membuncah
Menuangkan segala resah pengganti keluh kesah
Tergambar jelas dalam ingatanku tentang kegelisahan dan kerisauanmu
Ketakutan yang mendalam akan rasa sakit dan datangnya kematian
Mengapa harus aku? Kenapa dengan tubuhku?
Tanyamu dalam isak penuh pilu
Dan waktu begitu cepat berlalu tanpa tunggu dan deru
Memandu kalbu merelakan semua sendu setelah semua tertuju
Kau pun ikhlas jalani sedu, lalu pergi berlalu embuskan nafas di akhir waktu
Matahari untukmu telah tenggelam, takdirmu telah tertulis di lauhulmahfuz
Selamat jalan sahabat, damailah di sana
Kesakitanmu telah diangkat
Kini kau telah sehat tepat dengan berhentinya obat
Temuilah amal ibadah dan kebaikanmu di akhirat
Tangis dan tawa tak kan pernah lagi ada
Suka duka hanya tersisa cerita semata
Telah usai tugasmu sebagai hamba
Telah habis rezekimu dari Sang Maha Esa
Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah, dan kepada Allah juga kami kembali
Sidoarjo, 25 Juli 2020
Any Sukamto
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H