Jujur saja, jauh sebelum bergabung dengan Kompasiana dan mengikuti webinar yang diselenggarakan oleh Kompasiana dan BI, pengetahuan saya tentang dunia perbankan boleh dibilang nol besar. Terlebih terkait tugas Bank Indonesia.
Sejauh pengetahuan saya, Bank Indonesia adalah bank sentral yang mengawasi bank-bank pemerintah atau swasta. Mungkin lebih ke arah "bank yang menerima setoran dari bank-bank yang beroperasional menerima dan menyalurkan kredit", nah lo! Parah banget kan? Hihi.
Alhamdulillah, setelah mengikuti webinar yang pertama bertambah wawasan saya. Jadi mengerti apa itu makroprudensial dan mikroprudensial. Tugas BI dan kebijakan apa yang dihasilkan serta peran serta BI dalam menjaga stabilitas sistem keuangan.Â
Alhamdulillah lagi, dengan adanya webinar ke dua semakin membuka pengetahuan saya tentang dunia perbankan dengan produk-produknya yang bermanfaat.Â
Bagaimana bank memberi pinjaman, saat seperti apa suku bunga dinaikkan atau diturunkan, juga lembaga apa saja yang bisa bekerja sama dengan perbankan, semua saya dapatkan gambaran jelasnya melalui webinar. Setidaknya, kalau ditanya putri saya berkaitan dengan dunia perbankan masih bisa menjawab, meskipun sedikit.Â
Kali ini, webinar membahas mengenai produk perbankan yang selama ini sudah sering kita pakai, contohnya asuransi, obligasi, deposito dan pinjaman. Paling akhir ini saya sering pakai. Ya, pinjaman, hehe.Â
Sebagai pelaku UMKM, rasanya kurang lengkap jika tidak memanfaatkan fasilitas dari pemerintah ini. Terlebih manfaatnya sangat besar bagi perputaran modal usaha. Menambah amunisi untuk berperang melawan kegalauan kurangnya modal.Â
Beberapa kali kami pernah mengajukan pinjaman ke bank untuk tambahan modal usaha. Alhamdulillah semua bisa kami pertanggungjawaban dan selesai dalam waktu yang telah ditentukan. Dengan kata lain lunas tepat waktu, karena takut kena penalti dan harus membayar dendanya.Â
Pinjaman tersebut sangat bermanfaat bagi kami, karena usaha yang kami lakukan membutuhkan setidaknya 3x modal, berbeda dengan usaha lain. Sebagai agen telur asin, kami membutuhkan cadangan bahan baku yang lebih banyak.Â