Mohon tunggu...
Any Sukamto
Any Sukamto Mohon Tunggu... Penulis - Belajar dan belajar

Ibu rumah tangga yang berharap keberkahan hidup dalam tiap embusan napas.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Film | Rara Mendut, Antara Sensualitas, Harga Diri, dan Kesetiaan

22 Juni 2020   14:49 Diperbarui: 22 Juni 2020   15:07 2319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernah membaca cerita ini atau nonton bioskop sebelumnya?

Film yang dibintangi oleh Meriam Bellina, Mathias Muchus dan WD Mochtar ini ditayangkan di layar lebar di era tahun 1983an. Dengan sutradara Ami Priyono, film ini pernah menyabet beberapa piala pada Festival Film Indonesia di Medan.

Rara Mendut merupakan kisah cinta klasik dari tanah Jawa. Cerita ini diadaptasi dari kisah yang ada di dalam Babad Tanah Jawi. Judul ini selain pernah ditayangkan dalam film layar lebar pada tahun 2008 juga terbit novelnya dan ditulis oleh penulis yang sama Y.B.Mangunwijaya melalui penerbit Gramedia.

Bermula dari cerita bersambung yang ditulis oleh Rama Mangun pada harian Kompas tahun 1982 hingga tahun 1987 itulah, dibuat film layar lebarnya pada tahun 1983 (Sumber: Wikipedia)

Rara Mendut, adalah gadis biasa dan bukan dari kalangan ningrat, anak nelayan di pesisir pantai daerah Pati, Jawa Tengah. Sehari-hari pekerjaannya hanya menjemur ikan. Namun, kecantikan dan sensualnya sungguh luar biasa, hal itulah yang menjadi perbincangan di seluruh kadipaten.

Semua kalangan bahkan para bangsawan pun memperebutkan Rara Mendut dan  ingin menjadikannya istri, tetapi ditolak. Cinta Rara Mendut terlanjur jatuh pada lelaki idamannya yaitu Pranacitra, yang merupakan cinta pertamanya.

Kabar kecantikan Rara Mendut ini sampai juga ke penguasa Kadipaten Pati, beliau pun melamarnya untuk dijadikan selir, lagi-lagi lamarannya ditolak. Pada jaman itu, menerima lamaran penguasa merupakan suatu kehormatan bagi orang biasa, karena bisa menaikkan derajat dan martabat keluarga.

Adipati pun memerintahkan untuk menculik Rara Mendut lalu ditempatkan dalam Puri Kadipaten sebagai pingitan selir. Dia ditemani dan diasuh oleh dayang Ni Semangka yang dibantu oleh dayang muda Genduk Duku.

Dengan adanya gejolak di Kadipaten Pati akibat Sultan Agung menuding Adipati Pragolo II sebagai pemberontak, maka terjadilah penyerangan ke Kadipaten Pati, gugurlah sang Adipati.

Tumenggung Wiraguna sebagai Panglima Perang Mataram yang  merampas harta kekayaan kadipaten Pati juga membawa Rara Mendut sebagai tawanan. Namun, ketika melihat kecantikan Rara Mendut, sang Tumenggung pun tergoda.

Sang Tumenggung pun tersinggung akibat penolakan Mendut, lalu menakut-nakutinya agar takluk. Rara Mendut diharuskan membayar pajak, tak gentar Mendut pun menyanggupinya.

Untuk membayar pajak ini, dia minta izin untuk berjualan rokok dipasar. Tumenggung lalu mengizinkan, dengan membuatkan lapak khusus yang diberi tirai kelambu terawang, agar pembeli tidak menyentuh Rara Mendut secara langsung.

Rara Mendut memang cerdik, dengan sensualitas yang dimilikinya, ia menjual rokok dengan sensasi yang berbeda. Rokok yang dilinting dan direkatkan dengan air lidahnya, lalu menghisapnya beberapa sedotan, mampu terjual mahal dan banyak pembelinya. Terutama lelaki hidung belang.

Sungguh luar biasa kecerdasan Mendut ini, strategi dagangnya masuk dan pemasarannya oke. Padahal yang melinting rokok dan menghisapnya adalah Genduk Duku, dayangnya yang setia waktu dipingit di Puri Kadipaten. Selain itu, juga diniatkan sebagai petunjuk tempat kepada sang kekasih Pranacitra.

books.google.com
books.google.com
Mendengar kabar adanya penjualan Rokok Tegesan Rara Mendut hangat diperbincangkan oleh seluruh masyarakat Kadipaten, Pranacitra pun segera menghampiri lapak Rara Mendut. Bertemulah keduanya, dengan menangis dan meratapi nasibnya Mendut mencurahkan seluruh isi hatinya.

Setiba di istana, Rara Mendut menceritakan perihal pertemuannya dengan Pranacitra kepada Putri Arumardi dan Nyai Ajeng, selir dan istri Wiraguna yang tidak setuju jika Wiraguna menambah selir lagi. Mereka pun menyusun siasat untuk mengeluarkan Rara Mendut ke luar istana bersama dengan Pranacitra.

Ternyata, pelarian Rara Mendut dan Pranacitra diketahui oleh Wiraguna.
Mau tahu kelanjutannya? Simak videonya, ya, hehe.

Dari cerita ini, yang jadi pesan inti bagi saya adalah: cinta tak mengenal kasta, meski Pranacitra lelaki biasa tetapi mampu meluluhkan hati Rara Mendut yang merupakan idola bagi semua kalangan. Rara Mendut pun hanya rakyat kecil, tetapi mampu meluluhkan hati penguasa dan diperebutkannya tanpa silau dengan kemewahan dan jabatan.

Bagaimana pendapat Anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun