Wacana pemerintah untuk menghapus bahan bakar minyak dengan Oktan di bawah 91 yang berjenis premium dan pertalite sangat menggelitik. Jangankan beralih ke pertamax, dari premium ke pertalite saja masih banyak yang nggrundel.Â
Sebagai ibu rumah tangga yang sehari-hari selalu menggunakan motor sebagai penyambung kaki, saya sangat keberatan jika wacana tersebut jadi diterapkan. Kalau alasannya hanya karena kurang ramah lingkungan, apakah tidak mungkin dicari solusi yang lain?Â
Negara kita banyak orang pintar, lho, bukan yang ahli nerawang dunia gaib, ya. Akan tetapi benar-benar pintar menciptakan sesuatu yang bermanfaat, contohnya penemuan produk untuk mengurangi pencemaran udara atau apalah. Apa putra-putri bangsa tidak bisa diminta kerjasamanya untuk mengurai masalah ini?
Saat ini saja masih sering saya temui motor keluaran diatas tahun 2018 yang masih antri premium, lho. Motor baru itu, apa nggak sayang kalau diisi premium?Â
Secara teknologi, kan lebih bagus kalau motor baru itu diisi pertamax. Untuk merawat mesin juga agar tetap awet dan bagus.Â
Selain itu, biasanya yang mampu membeli motor baru juga yang berduit. Jadi wajar, motor baru bahan bakarnya pertamax, atau setidaknya pertalite lah.Â
Nah, nyatanya saya sering menemui motor baru masih antri premium. Kan memang harus menyesuaikan kantong, nggak tahu lagi kalau ada alasan lain, sih.
Kalau pun nantinya hanya diterapkan untuk roda empat, apakah tidak mungkin ongkos angkot juga naik? Lah, bagaimana nasib yang nggak punya kendaraan pribadi?Â
Seperti kita ketahui sendiri, bahwa bahan bakar minyak ini sangat erat kaitannya dengan yang lain. Jika ganti jenis atau dinaikkan harganya, otomatis biaya transportasi naik, harga bahan makan pun pasti naik. Lah, gimana dengan nasib saya yang apalah-apalah ini?
Nanti pasti akan ada demo buruh lagi, menuntut UMR naik lagi, karena dinilai sudah tidak sesuai dengan standar biaya hidup. Jalanan dipenuhi orang demo, macet lagi, hadeeuuhh.Â