Entah mengapa, hari ini perasaan saya galau melulu, baper tak berkesudahan. Ingin menulis tetapi tak satu kata pun terlintas.Â
Mencoba mencari ide dari laman facebook, tetapi semakin jauh perasaan saya terseret. Tak sadar air mata mengalir ketika membaca status salah seorang teman yang berprofesi sebagai dokter spesialis paru, dr Nevy Shinta, Sp.PD.Â
Rekan sejawatnya satu per satu tumbang, beberapa dokter dan perawat yang menangani pasien Covid-19 pun dinyatakan positif.Â
Kali ini yang dinyatakan positif dan telah menjalani perawatan adalah dr. Tri Maharani. Sebelumnya, ia yang berupaya menyembuhkan pasien, kini ia yang harus berjuang menyembuhkan dirinya sendiri.Â
IGD RS Umum Daha Husada Kediri, tempatnya mengabdi sempat ditutup dan diisolasi. Tenaga medisnya dirumahkan, tetapi tak satu pun yang ditest swab, meskipun hasil rapidnya negatif. Hal inilah yang menjadi keprihatinannya.Â
Sebelumnya, Tri Maharani sempat ditest rapid dan negatif. Namun, kenyataanya dia positif saat ditest swab. Berarti hasil rapid test bukan jaminan seseorang terbebas dari covid.Â
Maha, panggilan dokter berusia 48 tahun ini, adalah dokter yang aktif menangani pasien gigitan ular. 90 persen gaji pegawai negerinya didonasikan untuk rumah sakit di seluruh wilayah Indonesia dalam bentuk serum anti bisa ular.Â
Kini, dokter itu sangat membutuhkan pertolongan. Relawan yang pada bulan April lalu sempat bertugas di RSPI Sulianti Saroso itu saat ini sedang diisolasi dan membutuhkan dukungan doa.Â
Jika satu per satu tenaga medis harus diisolasi, dan beberapa ada yang telah dipanggil pulang oleh Allah, lalu siapa yang akan menangani pasien Covid-19? Siapa yang akan berjuang di garda depan?Â
Masihkah kita abai dengan diri kita sendiri? Sedangkan mereka berjuang demi nyawa orang lain.Â
Ada lagi status teman dokter yang lain, lebih menyedihkan lagi ketika keluarga mereka harus terpisah karena serangan virus ini.Â