Sebaliknya, istri juga jangan pasif, hanya nrimo ing pandum (menerima apa adanya), bakal sakit semua dibolak-balik. Sampaikan apa maunya. Uhukk!
Dengan adanya komunikasi yang baik, pasti urusan ranjang juga akan kelar dengan asyik. Toh, hanya berdua yang merasakan, kenapa harus jaim?Â
Suatu ketika pernah seorang teman bercerita, dia malas melayani suaminya karena terlalu banyak gaya yang diinginkan suami, hingga dia capek nggak selesai-selesai.Â
Saya lalu bertanya, "Lhah, kalo modelmu begitu, apa nggak takut suamimu bakal nyari yang bisa membalas maunya? Kamu nggak bisa menikmati, suamimu pun nggak dapat nikmatnya, bener saja kalo sampai loyo gak dapat-dapat. Nggak takut dia nyari lawan lain? Ngobrol dong!"
Ternyata dipertimbangkan juga, saran saya dibuktikan. Hasilnya? Dia juga bisa menikmati dan tidak mengeluh bosan seperti sebelumnya. Weleh!Â
Berarti bisa disimpulkan, bahwa memuaskan pasangan itu menjadi urusan pasangan juga. Bagaimana suami bisa nikmat dan istri menikmati, atau sebaliknya.Â
Rumah tangga, kita sendiri yang menentukan pilihannya. Baik buruknya juga, kita yang akan merasakan. Kejujuran dan keterbukaan kita dan pasangan adalah kunci keberhasilan rumah tangga.Â
Beda adat dan kebiasaan bisa disamakan dengan kejujuran dan keterbukaan. Jadi, nggak usah ragu dan malu, yang ada malah malu-maluin.Â
Seperti ini, nih, yang lagi di sebelah, udah colek-colek, kedip-kedip kasih kode. Tarik maaanngg!
UhuuyyyÂ
Â