Setelah berpuasa satu bulan lamanya, Idul Fitri adalah hari yang dinanti. Berlebaran juga merupakan hal yang tak bisa ditahan. Namun, pandemi masih menghuni bumi pertiwi. Manakah yang akan kita pilih, bertahan atau menantang?Â
Kerinduan pada kampung halaman yang kian membuncah. Bertemu sanak famili pun semakin menghantui. Akan tetapi, bahaya juga menghadang di tengah jalan.
Idul Fitri memang saatnya berkumpul bersama keluarga dan handai tolan. Hari besar yang selalu dinanti untuk mengobati rasa rindu kepada mereka yang telah lama ditinggalkan dan lama tak bertemu. Kesempatan setahun sekali untuk mengobati rindu, kini harus terhalang pandemi yang berkepanjangan.
"Aku rapopo. Ojo mulih, sayangen keluargamu #janganmudikdulu," kata Emak di ujung telepon. "Nanging kirimane ojo lali1."
"Iyo, Mak. Mengko jam 10, yo. Aku mangkat ATM," jawab Udin. "Ojo lali rengginang e sing lurjuk, yo, Mak2."
Sudah menjadi kebiasaan saat di kampung, Emak akan menyiapkan sajian rengginang lurjuk kesukaan Udin. Waktu kembali pun Emak akan membekalinya dengan yang mentah dan yang matang sebagai oleh-oleh. Jadi, bukan masalah saat ia tak bisa mudik, rengginang pengganti kerinduan pada Emak masih bisa dirasakan.
Hanya satu yang Udin harap, dengan tetap tinggal di ibu kota dan tidak mudik akan menjaga Emak serta dirinya dan keluarga tetap sehat. Dengan tidak ikut menyebar virus (yang bisa jadi menempel di dirinya), berarti sudah membantu pemerintah terutama mengurangi pekerjaan tenaga medis menyembuhkan penderita. Dengan tidak ikut berdesakan mudik, ia juga akan membantu teman-temannya yang terkena PHK akibat pabrik atau tempat kerjanya yang tutup.
Adakah Udin-Udin lain yang lebih menyayangi Emak? Dengan mudik online justru akan memperpanjang umur semua orang yang di sayang. Pertemuan sesaat di Idul Fitri jangan menjadikan penyesalan selamanya.Â
Jadi, tunda mudik untuk pertemuan selanjutnya yang lebih berkesan dan bermakna. #JanganMudikDulu