Mohon tunggu...
Any Sukamto
Any Sukamto Mohon Tunggu... Penulis - Belajar dan belajar

Ibu rumah tangga yang berharap keberkahan hidup dalam tiap embusan napas.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Antara Musibah dan Anugerah

13 April 2020   20:50 Diperbarui: 13 April 2020   21:18 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrated by Pixabay.com

Lihatlah negeriku yang cantik, keelokannya mengundang mata binal hingga menelanjangi setiap lekuk tebing yang menjulang  
Dengarlah orkestra alamku bersenandung, kicau burung bersahutan mengiringi deburan ombak menghantam karang
Pandanglah lukisan indah gugusan pulau milik ibu pertiwi, terhampar dari ujung ke ujung menawarkan kedamaian
Inilah bumiku, cantik, ramah, sopan dan menggairahkan bukan?

Namun, tetiba semua bergejolak, seolah terbangun dari tidur panjang dan menerjang tatanan
Kedatangan makhluk tak kasat mata telah memporandakan bentala, melahirkan bencana dan kekacauan
Semua berantakan, semua kewalahan
Timbul keresahan, hingga kematian

Anjuran menjaga jarak bertukar menjadi aturan
Tinggal di rumah dan meninggalkan keramaian menjadi keharusan
Kesucian bukan hanya untuk beribadah, melainkan adalah kewajiban
Hingga semua kerumunan fardu ditinggalkan

Tak lagi terdengar deru motor saling mendahului di pagi hari
Tak lagi tersebar asap pabrik yang selalu mencemari
Bahkan, tak ada lagi alasan doa bersama di rumah ibadah
Tak ada lagi kewajiban salat berjamaah di rumah Allah

Keadaan mewajibkan segala diheningkan, kesibukan dan kemaksiatan pun dihentikan
Segenap raga menghindar agar tak terpapar, apalagi terkapar
Pertanda apakah ini, bencana atau rencana Tuhan?
Apakah ini anugerah atau musibah yang menggempar?

Perlahan, alam menemukan kembali harmoni dan keindahannya
Langit membiru tanpa dikotori kepulan asap dari cerobong yang menjulang
Ikan berenang riang tanpa sampah limbah melumurinya
Burung berdendang riang tanpa bersaing dengan kebisingan
Dengan kembalinya kita kepada keluarga
Dengan rehatnya kesibukan kita dari segala rencana
Tuhan meminta kita untuk lebih dekat dengan-Nya
Kembali kepada fitrah sebagai manusia, yang seharusnya tunduk dan sujud atas kuasa-Nya

Bumi Gedangan, 13 April 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun