13 Februari.
Aku dan anakku pergi ke mall terdekat, untuk membeli keperluan sekolah yang belum lengkap. Di mall, kami melihat banyak hiasan berwarna pink dan berbentuk hati, mulai dari kertas sampai balon-balon. Meriah sekali.
“Ma, kenapa ada banyak hati hari ini?” tanya anakku, sambil memperhatikan sekitarnya.
“Oh, itu adalah hiasan-hiasan Valentine’s Day untuk besok,” jawabku.
“Apa itu, Valentine’s Day?”tanyanya lagi, ingin tau.
“Hari Kasih Sayang. Sejarahnya panjang, tapi maksudnya adalah orang mengungkapkan kasih sayangnya kepada orang lain pada hari itu. Ungkapan kasih sayang dari orang tua ke anaknya, dari anak ke orang tua, dll. Toko-toko memanfaatkan hari Valentine itu untuk menjual barang-barang yang menarik untuk dijadikan kado, biasanya coklat,” aku memberikan penjelasan yang sama sekali kurang lengkap. Anakku masih kecil, belum waktunyalah untuk memikirkan Valentine’s Day segala macam.
“Begitu ya. Tapi untuk mengungkapkan kasih sayang, kan tidak perlu menunggu hari Valentine, mama?”
“Betul sekali!”
“Mama selalu bilang ’I love you’ ke aku tiap hari kan? Mama juga kadang-kadang beli coklat walaupun bukan hari Valentine, kan?” logikanya mulai jalan.
“Betul sayang, kapanpun kita merasa ingin mengungkapkan rasa sayang kita, tentu saja kita boleh!”
Percakapan kami tentang Valentine’s Day berhenti disana.
Malamnya, sebelum tidur, seperti biasa aku menyanyikan lagu yang selalu menjadi pengantar tidur untuknya sejak dia masih bayi. Lagu dari film anak-anak, Barney.
’I love you
You love me
We are happy family
With a great big hug
And a kiss from me to you
Won’t you say you love me too’
I love you, sayang
I love you, mama.
14 Februari.
Pagi ini, aku dikejutkan oleh tangan-tangan kecil yang tiba-tiba memelukku sekaligus membangunkan aku.
“Happy Valentine, mama! I love you!”
“I love you, too, sayang. Happy Valentine!” sahutku, sambil memeluknya juga.
“Tau nggak, mama, tiap hari kita bisa bilang ’I love you’, kan? Tapi hari ini ada plusnya ya. Plus bilang ’Happy Valentine!’ katanya, jenaka.
“Betul juga ya! Besok kita bilang happy lainnya saja ya,” kami tertawa-tawa.
“Ide baik. Besok kita bisa bilang ’Happy Wednesday’!”
Semoga cinta kasih dan kedamaian selalu bersama kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H