Di bumi ini terdapat milyaran manusia yang mau tidak mau kita pasti bersinggungan dan bersosialisasi dengan mereka. Di Indonesia sendiri, budaya 'basa-basi' juga sudah menjadi habit yang susah untuk dihilangkan.
Menurut saya, budaya 'basa-basi' ini memiliki efek positif maupun negatif terhadap masing-masing orang.Â
Sebagai contoh, dari budaya ini bisa membentuk efek lebih saling mengenal antar kehidupan bertetangga misalnya. Sehingga, dengan adanya 'basa-basi' berujung obrolan tersebut bisa saja mengetahui kesulitan tetangga kita, sehingga mereka bisa mendapatkan bantuan.
Namun di sisi lain, untuk sebagian orang, budaya 'basa-basi' dengan pertanyaan yang sifatnya sangat personal dan terkesan ikut campur malah akan membuat orang lain merasa risih dan terganggu.
Kita memiliki dua pilihan, yaitu mengikuti kata hati diri sendiri atau mengikuti apa kata orang lain. Selama apa yang disampaikan orang lain tidak memiliki tendensi negatif, seperti judgemental, kritik yang bersifat negatif tanpa adanya saran, dan lain-lain, menurut saya hal tersebut bisa menjadi kritik membangun yang bermanfaat.Â
Tapi bagaimana jika sesuatu yang disampaikan atau ditanyakan sudah bersifat negatif, apakah yang harus dilakukan?
1. Menjawab seperlunya
Terkadang kita tidak perlu untuk menjawab semua pertanyaan orang lain yang kalian rasa tidak perlu untuk dijelaskan secara panjang lebar. Jika pertanyaan sudah menjurus ke arah privasi yang kalian rasa sudah melewati batas, cukup katakan 'terima kasih atas pertanyaannya, doakan saja ya' atau 'terima kasih atas sarannya, saya akan coba introspeksi diri'.
Terkadang banyak orang yang hanya ingin tahu saja dengan kehidupan kalian atau istilanya kepo tanpa memberikan solusi yang membangun dari permasalahan kalian. Jika menemukan hal tersebut, jawab saja seperlunya.
2. Menjawab dengan argumen yang singkat, padat, dan jelas