Decluttering berasal dari bahasa Inggris yaitu clutter, yang artinya semua barang yang berada di dalam atau sekitaran rumah yang sudah tidak terpakai dan tidak menambah nilai manfaat dari barang itu sendiri. Sehingga, decluttering bermakna kegiatan untuk menyingkirkan atau membersihkan barang-barang yang sudah tidak terpakai tersebut.Â
Proses membersihkan barang tersebut bisa dilakukan dengan bermacam-macam, seperti dibuang jika sudah rusak dan didonasikan jika barang tersebut masih layak.Â
Sebetulnya apa sih tujuan decluttering?Â
Banyak orang yang melakukan kegiatan decluttering karena keadaan rumah mereka yang sudah sangat penuh, sampai-sampai mau mencari barang saja sulit.Â
Barang yang seharusnya ada di kamar, malah teronggok di ruang tamu ataupun lemari yang sudah penuh, sampai-sampai mau mencari baju saja sulit.Â
Kalau sudah begitu pasti bikin mood jelek, mau berangkat kerja saja sudah harus susah payah mencari baju yang akan dipakai. Hal ini tentu dapat membuat stres dan kualitas hidup juga menurun.
Menurut Marie Kondo, pencetus metode Konmari, terdapat 5 kategori barang yang bisa kita sortir berdasarkan urutannya, yaitu: pakaian, buku, dokumen, komono atau barang-barang lainnya, dan barang-barang yang cukup sentimental.
Menyingkirkan barang yang jarang dipakai saja sulit, terlebih menyingkirkan barang yang sering kita pakai akan lebih sulit. Saya teringat akan film Thailand yang berjudul Happy Old Year.Â
Di film itu diceritakan bahwa Jean, seorang wanita yang berniat mengubah rumahnya menjadi kantor yang bergaya minimalis, ingin melakukan decluttering habis-habisan di rumahnya. Melakukan perubahan besar pada rumah itu tidak semudah yang dibayangkan.Â
Jean harus berdebat dengan ibunya yang benar-benar tidak mau membuang satupun barang di ruangannya, terlebih barang peninggalan ayah Jean. Â Walaupun ayah Jean sudah lama pergi dari rumah, ibunya tetap bersikeras menyimpan barang tersebut.