Mohon tunggu...
Kanaya Nasikah Nur
Kanaya Nasikah Nur Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi

Halo! Perkenalkan nama saya Kanaya Nasikah Nur, saya adalah seorang mahasiswi hukum tata negara (siyasah) UIN SGD Bandung. Hobi menulis membawa saya untuk turut serta hadir di kompasiana. Semoga tulisan saya di sini bisa bermanfaat, terimakasih!

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Dari Dompet ke Jiwa: Meneliti Keterkaitan Ekonomi , Psikologi, Sosial

10 Desember 2024   22:56 Diperbarui: 13 Desember 2024   08:21 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Ditulis oleh M. Zulfan Al Fitra Sallam

Mari kita mulai memperhatikan bagaimana kita berinteraksi dengan ketiga aspek ini dalam kehidupan sehari-hari. Apakah kita sudah memberikan dukungan kepada orang-orang di sekitar kita? Apakah kita menjaga kesehatan mental kita di tengah tantangan ekonomi? Dengan saling mendukung dan memahami, kita dapat membangun masa depan yang lebih baik untuk semua.

 
Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali terjebak dalam rutinitas yang membuat kita lupa akan hubungan mendalam antara ekonomi, psikologi, dan sosial. Ketiga aspek ini bukanlah entitas terpisah; mereka saling berinteraksi dan membentuk realitas yang kita jalani. Menurut Dr. Beni Ahmad Saebani M.Si. Pola interaksi yang berubah dan semakin ketatnya persaingan dalam mencari perkerjaan, politik, ekonomi, pendidikan dan teknologi informasi yang semakin tinggi kemajuannya (Dr. Beni Ahmad Saebani, 2023, hlm.151) Sehingga dalam pembentukan Masyarakat madani antara ekonomi, psikologi, dan sosial ketiga aspek tersebut menjadi topik utama dan sering dipertanyakan. Mari kita telusuri lebih dalam: apa yang lebih dulu yang menjadi prioritas, dan bagaimana ketiga aspek ini memengaruhi kehidupan kita sehari-hari.

1. Aspek Ekonomi: Fondasi Kesejahteraan
Ekonomi sering kali dianggap sebagai jantung dari masyarakat. Ketersediaan pekerjaan, pendapatan, dan akses terhadap sumber daya memengaruhi kualitas hidup kita. Ketika ekonomi tumbuh, masyarakat cenderung lebih stabil dan sejahtera. Namun, saat krisis melanda, dampaknya bisa sangat merusak.
Realita: Krisis ekonomi global, seperti yang terjadi pada tahun 2008 dan dampak pandemi COVID-19, menunjukkan bahwa ketika ekonomi terguncang, kesehatan mental masyarakat juga terancam. Banyak yang mengalami kecemasan dan stres akibat kehilangan pekerjaan atau ketidakpastian finansial.

2. Aspek Psikologis: Kekuatan Pikiran dan Emosi
Bagaimana perasaan kita tentang diri sendiri dan dunia di sekitar kita dapat memengaruhi keputusan ekonomi dan interaksi sosial. Individu yang memiliki kesehatan mental yang baik cenderung lebih produktif dan kreatif. Sebaliknya, masalah psikologis dapat menghambat kemampuan kita untuk berkontribusi secara positif.
Realita: Penelitian menunjukkan bahwa individu dengan dukungan psikologis yang kuat lebih mampu menghadapi tantangan ekonomi. Mereka lebih cenderung untuk mengambil risiko yang diperlukan untuk mencapai kesuksesan, baik dalam karier maupun kehidupan pribadi.
 
 
3. Aspek Sosial: Jaringan dan Dukungan
Aspek sosial mencakup interaksi kita dengan orang lain. Dukungan sosial yang kuat dapat menjadi penopang di saat-saat sulit. Ketika masyarakat saling mendukung, mereka lebih mampu mengatasi tantangan ekonomi dan psikologis.
Realita: Ketidaksetaraan sosial dapat menciptakan ketegangan dan konflik. Ketika kelompok tertentu merasa terpinggirkan secara ekonomi, hal ini dapat memicu protes dan ketidakpuasan yang lebih luas. Namun, masyarakat yang memiliki jaringan sosial yang kuat cenderung lebih resilien dan mampu bangkit dari kesulitan.

Mana yang Lebih Dulu?
Menentukan mana yang lebih dulu antara aspek ekonomi, psikologis, dan sosial bukanlah hal yang mudah. Namun, banyak ahli berpendapat bahwa aspek ekonomi sering kali menjadi pendorong utama. Ketika kondisi ekonomi membaik, masyarakat cenderung lebih stabil secara sosial dan psikologis. Sebaliknya, ketika ekonomi memburuk, dampaknya langsung terasa pada kesehatan mental dan hubungan sosial.

Kesimpulan: Sinergi untuk Kesejahteraan
Ketiga aspek ini ekonomi, psikologi, dan social adalah pilar yang saling menguatkan dalam kehidupan kita. Memahami hubungan ini sangat penting untuk merancang kebijakan yang efektif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan memperhatikan ketiga aspek ini secara holistik, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih sejahtera dan harmonis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun