Mohon tunggu...
anwar saksono
anwar saksono Mohon Tunggu... profesional -

dari suara hati menyampaikan kebenaran

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Ka Daop V, Begini Hilangnya Kenikmatan Naik Kamandaka

4 Agustus 2014   18:57 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:27 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika minggu kemarin saya mendapatkan pengalaman yang menjengkelkan, ketika berangkat kembali ke base camp di Slawi, ternyata perjalanan dari Purwokerto ke Slawi yang biasanya bisa saya jalani dengan bus paling lambat 3 jam, hari senin kemarin harus saya jalani sampai 7 jam.
Bayangkan 7 jam yang terjadi hanya gara-gara bus yang biasanya lewat tepat waktu dari Banjarnegara ke Purwokerto, ternyata terlambat 10 menit, sehingga tidak mungkin saya bisa mengejar waktu berangkat Kamandaka yang start jam 05.00

Minggu ini, saya sengaja merencanakan ikut kereta dengan berbagai strategi. Strategi yang paling cocok adalah saya harus menginap di Purwokerto supaya bisa berangkat dengan kamandakan hari senin pagi, karena ada rencana skype meeting di kantor dengan kantor semarang

Jadilah saya naik kereta api kamandaka, yang hari ini penuh sesak dengan penumpang yang beraneka ragam, ada pegawai, ada mahasiswa yang harus kembali kuliah di Semarang.
Hari ini, seperti biasanya saya mendapatkan tempat duduk di gerbong 1, nomor 13a.
Perasaan lega untuk dapat istirahat di perjalanan, kembali terusik. Seperti biasanya, ketika kereta api sudah melewati Balapulang, kami penumpang yang ada di gerbong 1, selalu harus pindah ke gerbong 5, karena ketika berhenti di stasiun Slawi, untuk turun tersedia tangga di gerbong 4 dan 5.

Kali ini, ketika kereta baru saja melewati Prupuk, kondektur yang bertugas sudah berkeliling mengingatkan agar penumpang yang turun Slawi agar pindah di gerbong 5.
Bayangkan, banyak penumpang ibu - ibu dengan anak kecil yang baru kembali dari lebaran, harus berjalan melewati sambungan kereta dengan membawa banyak barang di lorong kereta yang penuh dengan barang pula.

Saya dan penumpang yang turun di Slawi harus berdiri lebih dari 20 menit, karena jarak ka stasiun Slawi masih jauh, tetapi peringatan Kondektur membuat semua penumpang menumpuk di sambungan gerbong 5 dan 6, padahal di dinding tertulis "bordes tidak untuk penumpang"

Kenikmatan yang saya cari untuk tidak terjebak macet 7 jam, kembali hilang karena harus berdiri berdesakan di bordes.
Timbul pertanyaan, mengapa petugas penjual tiket di Purwokerto tidak memberikan gerbong 4 atau 5 untuk penumpang yang turun di Slawi, sehingga mereka tidak repot - repot harus berjalan dari lorong ke lorong. Perlu diingat, tidak semua orangbisa melewati sambungan antara gerbong yang sedang berjalan cepat.
Apalagi peringatan dari kondektur sangat mendebarkan semua orang, coba kita simak : " Untuk penumpang yang turun Slawi agar pindah ke gerbong belakang, agar turunnya mudah dan tidak melompat, untuk yang tidak mau pindah gerbong, silahkan turun dengan melompat dan jangan komplain !!!

Khusus di depan saya, kondektur bilang : " Karena bapak sudah tua sebaiknya bapak ke gerbong belakang, kalau bapak masih mudah silahkan turun dengan melompat"
Bukan main, Ka Daop V harusnya membuat kebijakan sederhana, tentang gerbong untuk penumpang yang turun di Slawi, jangan sampai kenikmatkan naik Kamandaka jadi hilang karena harus melompat ketika turun di stasiun Slawi.

Jayalah PT KAI dan semoga tidak malu untuk membuat perubahan agar penumpang merasa nikmat, meskipun hanya kelas ekonomi - AC

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun