Saya jadi ingin nulis bola lagi ketika pagi ini saya membaca berita tentang kemungkinan Kick Off bisa mundur lagi dan pernyataa Jokodri kalau PT LI belum tentu bisa memutar Kompetisi Liga Paling Jegeer (yang bernama ISL dengan logo baru dan cita2 untuk naik level di logonya) pada 4 Maret mendatang seperti yang diminta oleh Menpora karena waktu untuk melakukan simulasi sudah tidak ideal lagi.
Siapa yang salah ? Menpora yang tidak faham tentang penundaan "dua minggu" yang menurut Jokodri sama dengan penundaan hampir "dua bulan" atau PT LI yang belum memahami aturan tentang sepak bola profesional ?. Dan masalah ini masalah yang harus diluruskan sesuai kewenangan Menporan, serta bagi Jokodri adalah masalah yang sangat serius karena terkait dengan jadwal secara keseluruhan. Karena secara teknis Jokodri memastikan kick off dua minggu kedepan tidak mungkin.
Untuk itu PT LI minta agar PSSI melakukan rapat darurat di tingkat Exco, karena sebenarnya pengelolaan yang baik dan benar pada kompetisi akan memperkuat pilar terbentuknya Tim Nasional yang tidak ngisin-ngisini
PSSI sebagai pengelola sepak bola di Indonesia, kembali akan meminta arahan ke FIFA terkait masalah yang dihadapai sekarang berkaitan dengan pelaksanaan kompetisi sepakbola Indonesia tahun 2015 yang mau tidak mau harus menyesuaikan dengan agenda yang ada di tingkat Asia Tenggara, Asia dan bahkan persepakbolaan dunia
Sebagai CEO dan orang yang sudah bergelut dengan persepakbolaan di Indonesia sepertinya Jokodri belum juga faham persyaratan yang mendasar sebuah klub profesional.
Bukan salah Jokodri semata, karena ada tangan-tangan kuat yang selama ini memaksakan berputarnya kompetisi sepak bola profesional dengan berpedoman pada aturan "yang penting jalan dulu" dan kemudahan-kemudahan yang selalu diberikan pada klub - klub profesional berdasarkan kemelikan klub yang bersangkutan.
Bagaimana tidak, BOPI telah mengirim surat permintaan pada semua induk cabang olah raga, termasuk PT Liga Indonesia sejak April 2014 agar segera mengirimkan data yang menyangkut masalah organisasi, manajemen, sumber daya manusia, kepengurusan klub - klub profesional yang berpasitipasi dalam kompetisi.
Surat tersebut belum pernah direspon sehingga BOPI mengirimkan lagi surat yang sama pada tanggal 6 Januari 2015
Sebenarnya apa sih yang diminta sehingga BOPI sampai merekomendasikan agar pelaksanaan Kompetisi ISL harus ditunda pelaksanaannya ?
Sederhana sebenarnya, jika Jokodri selaku CEO dari Liga Indonesia bersikap tegas dalam melakukan verifikasi layak dan tidaknya sebuah klub profesional mengikuti sebuah kompetisi yang berlabel profesional juga.
Mengapa tidak ? karena yang diminta BOPI memang seharusnya dimiliki oleh sebuah klub profesional, yaitu :
- bukti pelunasan utang kepada pemain dan pelatih
- bukti kontrak kerja
- data pemain asing untuk mengetahui status KITAS dari imigrasi
- Kepemilikan NPWP
- Nota kesepahaman klub dengan pengelola stadion yang akan dipakai sebagai home base
Persyaratan diatas sebenarnya bukan secara mendadak disusun oleh BOPI tapi merupakan persyaratan yang disusun oleh FÂ IFA, AFC dan Undang Undang SKN
Seperti yang dilansir Suara Merdeka hari ini, 20 Pebruari 2015, Ketua BOPI menyampaikan jika langkah-langkah yang diambil tersebut telah dikomunikasikan dengan AFC dan FIFA, pihaknya yakin bahwa FIFA tidak akan menjatuhkan hukuman kepada sepak bola Indonesia berkaitan dengan keputusan BOPI uantuk menunda pelaksanaan kompetisi ISL.
Kondisi inipun sudah disampaikan BOPI kepada 18 Klub ISL dan PT Liga bahwa sebenarnya BOPI sudah lama berkirim surat kepada PT Liga Indonesia tetapi tidak pernah mendapat respon posisitf dari pengelola PT Liga.
Pada akhirnya pada kesempatan pertemuan BOPI dengan klub ISL yang membahas pelaksanaan kompetisi 2015, klub - klub menyalahkan PT Liga Indonesia
Lha, jadi timbul pertanyaan dipikiran kita : " Jokodri selama ini ngapain ya ?