Mohon tunggu...
anwar musadad
anwar musadad Mohon Tunggu... guru -

Bersahaja dan luwes

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tahun Baru Islam di Mata Anak Muda

14 Oktober 2015   05:58 Diperbarui: 14 Oktober 2015   09:10 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berbicara tentang bulan Muharram tentu tidak terlepas dari peristiwa Hijrah-nya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah, yakni pada tahun 622 M. Hal ini menjadi tonggak awal dimulainya kalender Islam. Artinya adalah hijrahnyya Rasulullah SAW beserta para sahabatnya ke Madinah telah berumur 1434 tahun. Sebuah peristiwa yang sangat bersejarah yang patut dikenang dan menjadi proses suatu transformasi spiritual. Di dalamnya terkandung makna dan keteladanan untuk sebuah pengorbanan sejati dalam mengapresiasikan perlawanan terhadap kebathilan. Secara harfiah hijrah artinya berpindah. Istilah hijrah mengandung dua makna yakni, hijrah makani dan hijrah maknawi. Hijrah makani artinya hijrah secara fisik berpindah dari suatu tempat yang kurang baik menuju yang lebih baik. Adapun hijrah maknawi artinya berpindah dari nilai yang kurang baik menuju nilai yang lebih baik, dari kebathilan menuju kebenaran, dari kekufuran menuju keIslaman. Makna terakhir oleh Ibnu Qayyim bahkan dinyatakan sebagai al-hijrah al-haqiqiyyah. Alasannya hijrah fisik adalah refleksi dari hijrah maknawi itu sendiri.

Tahun Baru Islam 1437 H adalah sebuah momentum untuk berintrospeksi diri baik secara pribadi maupun bersama-sama menuju ke arah yang lebih baik. Tahun baru Islam lebih mendorong umat Islam untuk hijrah. Hijrah harus kita maknai sebagai perjuangan hidup yang memerlukan kekuatan, kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi sebuah tantangan hidup ke arah yang lebih baik. Lalu pertanyaannya "Bagaimana dengan generasi muda Islam di masa kini dalam memaknai Tahun Baru Islam?. Tentu diharapkan bahwasannya generasi Islam muda harus harus tetap eksis dengan ke-islamannya, walaupun tantangan hidup ke depan semakin berat. Islam sebagai way of life harus dijadikan landasan hidup dan kehidupan masa kini dan masa-masa yang akan datang.

Islam adalah agama rahmatan lil a'lamin. Istilah rahmatan lil ‘alamin termaktub dalam Q.S. Al Anbiya[21]:107, yang artinya :

“Dan tiadalah Kami mengutus engkau (hai Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil ‘alamiin)”

Dalam tafsir Marah Labid (Tafsir Munir), Syaikh An Nawawi Al Jawi menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut : “Tidaklah Kami utus engkau wahai makhluk yang paling mulia, dengan berbagai peraturan (syariah), melainkan dalam sebagai rahmat Kami bagi seluruh alam, dalam agama maupun dunia. Karena manusia dalam kesesatan dan kebingungan, maka Allah swt. mengutus Nabi Muhammad SAW untuk menjelaskan jalan menuju pahala, menampilkan dan memenangkan hukum-hukum syariah Islam, juga membedakan yang halal dan yang haram. Generasi muda Islam diharapkan memegang teguh ajaran agamanya, kita tunjukkan bahwa bahwa Islam bukanlah agama kekerasan, melainkan Islam adalah kelembutan, Islam pembawa kedamaian, dan itu bukanlah slogan semata, harus benar-benar dijalankan oleh seluruh umatnya. 

Sebagai generasi muda Islam kita dituntut menjadi pribadi yang sholeh, pribadi-pribadi yang mencerminkan perilaku-perilaku Islami sesuai tuntutanan ajaran Islam yang hakiki. Tahun Baru Islam bukanlah tahun baru yang penuh kegemerlapan, kemewahan, hura-hura yang mendekaati kesesatan, namun tahun baru Islam harus kita maknai sebagai refleksi diri tentang makna diri dalam mendekatkan diri kepada Sang Illahi. Refleksi diri dalam perenungan sejauh mana amal kita ibadah dilakukan, sejauh mana konstribusi kita dalam pekerjaan, dalam lingkungan masyarakat bahkan sejuah mana memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara ini.   Secara singkat bisa kita katakan bahwa Tahun Baru Islam kita jadikan momentum untuk melakukan perbaikan diri, melakukan aktualisasi diri secara kontekstual yakni hijrah dari nilai-nilai yang kurang baik menuju yang lebih baik. Hijrah atau pindah dari arogansi menuju kelembutan, hijrah atau pindah dari permusuhan menuju kedamaian, hijrah atau pindah dari saling menjatuhkan menuju saling membangun, mengubah diri dari minta dilayani menuju melayani. Pada intinya adalah sekali lagi berhijrah menuju kehidupan yang lebih baik dan memberi manfaat yang lebih besar kepada umat, bangsa dan negara.

Generasi muda Islam adalah generasi yang penuh energi, generasi seimbang antara intelektualitas dan spiritulitas yang mentrasformasi diri menjadi pribadi yang elegan, penuh senyuman dan tentunya penuh kesalehan. Generasi Islam harus menjadi generasi terdepan, harus menjadi pendorong dan pembangun dalam pembangunan umat dan bangsa ini menuju yang bangsa yang maju, bangsa yang beradab, bangsa yang religius dan bangsa yang berkeadilan sosial sebagaimana cita-cita para pendiri bangsa. Semoga. AM

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun