Tahukah kamu? Komunikasi internasional, komunikasi antar etnis, komunikasi antar ras, dan komunikasi antar budaya memiliki keterkaitan erat karena semuanya melibatkan interaksi antara individu atau kelompok yang memiliki latar belakang budaya, identitas, atau pengalaman yang berbeda. Karena mengapa, semua bentuk komunikasi ini saling terkait karena mereka memerlukan pemahaman lintas budaya untuk menghindari kesalahpahaman, membangun hubungan yang harmonis, dan menciptakan kerja sama yang efektif. Keterampilan komunikasi antar budaya, seperti empati, toleransi, dan kesadaran budaya, menjadi kunci dalam semua konteks komunikasi ini.
Ada beberapa hal yang mengakibatkan suatu hambatan dalam komunikasi antar budaya. Diantaranya adalah : stereotipe, prasangka, dan etnosentrisme. Dimana hal-hal tersebut menjadi hambatan dalam komunikasi antar budaya karena mereka memengaruhi cara seseorang memahami, menilai, dan merespons individu atau kelompok dari budaya yang berbeda. Pada dasarnya stereotipe, prasangka, dan etnosentrisme menghalangi terciptanya komunikasi yang terbuka, inklusif, dan produktif. Ketiganya mendorong asumsi negatif, memperbesar jarak emosional, dan menutup peluang untuk belajar dari perbedaan budaya. Dalam konteks komunikasi antar budaya, keberhasilan bergantung pada empati, rasa hormat, dan penerimaan terhadap keragaman budaya. Mengatasi hambatan ini memungkinkan terciptanya hubungan yang lebih harmonis dan saling menghargai.
Agar tidak terjadi hambatan dalam komunikasi antar budaya, tentunya kita harus memperhatikan beberapa aspek, yang dimana dalam berkomunikasi tersebut tidak menjadikan mis komunikasi ataupun hal-hal kontra yang mengakibatkan komunikasi tidak terjadi secara efektif dan tidak saling menghormati. Aspek-aspek tersebut adalah, jika kita bertemu orang baru dengan latar belakang yang berbeda tentunya kita harus, mempelajari budaya mereka, membangun hubungan dengan sikap yang terbuka, membangun rasa hormat serta saling menjaga fleksibilitas.
Seperti halnya ketika saya sedang kuliah di Universitas Aisyiyah Yogyakarta. Ketika di kampus tentunya saya bertemu dengan banyak orang yang berasal dari Sabang sampai Merauke. Pastinya mereka memiliki latar belakang budaya yang berbeda-beda. Suatu hari saya berkomunikasi dengan teman saya yang berasal Medan. Saat berkomunikasi saya tidak langsung menyamakan bahwa karakteristik beliau sama dengan saya-yang merupakan asli orang Jawa. Dalam berkomunikasi tentunya menggunakan karakteristik masing-masing. Dalam berkomunikasi, teman saya selalu menggunakan nada suara yang agak tinggi, karena saya memahami latar belakang yang berbeda dan nada tinggi merupakan ciri khas mereka, tidak semestinya saya langsung menafsirkan bahwa teman saya sedang marah ataupun jahat. tetapai jika orang tidak tahu, pasti menafsirkannya dia sedang marah ataupun yang lainnya. Padahal bagi teman saya nada yang tinggi memang naluri dalam hidup mereka. Maka dari itu pentingnya memahami latar belakang budaya yang berbeda, agar terhindar dari hal-hal negatif yang tidak diinginkan.
Suatu hari ketika kita menjadi seorang jurnalis, pemahaman mengenai komunikasi antar budaya merupakan aspek penting yang benar-benar harus dipelajari bahkan di aplikasikan. Sebagai jurnalis, kemampuan komunikasi antar budaya bukan hanya tambahan, melainkan keharusan. Mata kuliah komunikasi antar budaya ini memberikan landasan untuk memahami, menghormati, dan merespons keragaman budaya dalam dunia jurnalistik yang kompleks, sehingga ketika kita menjadi jurnalis yang  dapat menjalankan tugas  dengan etika, empati, dan profesionalisme.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H