"Seluruh daerah hancur, ini merupakan hukuman dari Allah, Malaysia dapat menghindari 'hukuman' serupa dari Allah jika kita menolak LGBT" kata Ahmad, dikutip dari The Star, 24 Oktober 2018.
Sejumlah mahasiswi gerakan anti-LGBT di Kota Palu  menyatakan perilaku lesbian, gay, biseksual dan transgender di Kota Palu telah telah meningkat tajam.Â
Menurut mereka para pelaku LGBT sudah tidak malu lagi memperlihatkan perilakunya di tempat umum bahkan mulai merekrut orang lain untuk bergabung dalam komunitas LGBT di Kota Palu. Salah satu grup LGBT yang banyak pengikutnya di media sosial ialah grup @gaykotapalu yang kini beranggotakan 1.553 orang anggota.
Sedangkan Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI) Sobri Lubis mengatakan bencana terjadi di Palu dan Donggala setelah Sugi Nur Raharja alias Gus Nur, seorang pemuka agama Islam yang berasal dari Palu, ditetapkan sebagai tersangka pencemaran nama baik.
"Gus Nur tersangka, Palu langsung gempa bumi, dibayar tunai," kata Sobri, dikutip dari Tirto.id
Baru-baru ini, penahanan Habib Bahar bin Smith oleh Polda Jawa Barat ditengarai menjadi penyebab bencana tsunami yang terjadi di pesisir Banten dan Lampung. Habib Bahar ditetapkan sebagai tersangka dugaan penganiayaan terhadap duna anak dibawah umur.
Narasi yang mengaitkan peristiwa tsunami  di pesisir Banten dan Lampung dengan penahanan Habib Bahar marak di media sosial. Seperti yang ditemui di mediasosial Facebook;
"Kebetulan nama habib yang didzolimi penguasa dan kaum munafiqun saat ini adalah Habib Bahar. (Bahar=lautan). Tsunami kecil ini memperingati kita semua."
"Ketika para penerus nabi (ulama, habaib, kyai, ustadz, dll) diperlakukan secara tidak adil dan tidak manusiawi oleh para rezim, maka Allah pun murka. Dan jika Allah sudah murka, maka cepat atau lambat, bala tentara Allah pun akan segara datang. Tengoklah Palu, Donggala, Anyer (Banten). Apakah bisa diprediksi oleh manusia? Bagi saya itu bukan bencana alam, tapi itu merupakan suatu azab dunia supaya manusia itu tersadarkan dan ingat Allah. segeralah mohon ampun kepada Allah, wahai para penguasa negeri, istighfar."
Penjelasan ilmiah penyebab terjadinya suatu bencana yang diterangkan para ilmuwan pun tidak disampaikan dengan cara yang mudah dipahami --atau mungkin memang masyarakatnya yang malas memahami.- Sehingga, alih-alih menimbulkan sikap waspada terhadap bencana, masyarakat lebih gemar mencari hal-hal yang tidak logis untuk menyikapi suatu bencana.