Mohon tunggu...
Anwar Noris
Anwar Noris Mohon Tunggu... Buruh - Kritis, Objektif

Hidup sederhana

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Politisasi Gelaran MTQ ke XXIX Jawa Timur di Pamekasan

26 Oktober 2021   10:08 Diperbarui: 26 Oktober 2021   10:22 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Beberapa Minggu ini, di jalan protokol di Pamekasan di penuhi umbul-umbul Gelaran Musabaqoh Tilawatil Qur'an Ke-XXIX, Seperti halnya di sepanjang jalan Kabupaten sisi selatan umbul-umbul untuk sosialisasi Pagelaran MTQ itu, berjejer rapi yang seolah menjadi hiasan kota yang klise, umbul-umbul tersebut sejatinya untuk menyambut para peserta yang akan adu alunan nada-nada Kalam ilahi, dari penjuru kabupaten/kota se- Jawa Timur pada bulan November nanti.

Umbul-umbul bergambarkan Gubernur Provinsi Jawa Timur dan Bupati Pamekasan itu, menegaskan bahwa Kabupaten Pamekasan siap melaksanakan lomba adu suara ayat-ayat suci al-qur'an tersebut, ditengah suasana pandemi Covid 19 yang tengah memperok porandakan sendi kehidupan masyarakat, tak ketinggalan juga semua instansi struktural di kabupaten Pamekasan memasang banner dan umbul-umbul Gelaran MTQ yang Ke XXIX itu dengan gegap gempita, mobil dinas pun seolah wajib di pasang Stiker Gelaran MTQ XXIX dengan Massif.

Pada hari Ahad kemarin, soft launching pun di gelar di Mandhapa Agung Ronggo sukowati Pamekasan, yang dihadiri langsung oleh Pemegang Tampuk Pimpinan Propinsi yang ber- semboyankan Jer Basuki Mawa Beya itu, di lain pihak, panitia MTQ memasang stiker tuk Abang becak secara massal di lapangan Ronggo Sukowati.

Secara kasat mata umbul-umbul dan stiker yang memuat gambar sang Gubernur Jawa Timur dan Bupati Pamekasan, sah sah saja bersanding bak gambar calon pengantin pada undangan resepsi. Namun, apabila kita dicermati, ada sesuatu yang janggal pada gambar tersebut. Pasalnya, secara politik Sang Gubernur masih memiliki wakil, mengapa gambar sang wakil gubernur tidak disandingkan, lain dengan Bupati Pamekasan yang memang sudah "Single leader", semenjak wakil bupati mangkat pada Desember tahun lalu.

Penulis pun heran dan memeras otak untuk mendapatkan sebuah kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan nakal dari gambar Sang Gubernur dan Bupati Pamekasan pada umbul-umbul dan stiker yang terpasang di setiap mobil dinas yang ditemui penulis terkait MTQ ke-XXIX Jawa Timur yang sangat menggelikan ini.

Gelaran MTQ Ke-XXIX Jawa Timur Yanga dilaksanakan di kabupaten Gerbang Salam ini, hemat penulis, sebuah hegemoni politis seorang publik figur, yakni Bupati Pamekasan, yang sangat bersyahwat untuk menapaki karir politiknya pada level yang lebih tinggi dari sebuah jabatan bupati, yang sejatinya tidak elok, dan jauh dari elegan dalam mengambil keputusan politik, asbab, membangun Pamekasan yang jauh dari kata berhasil, tidak mampunya mengakomodir gerbong wakil Bupati Pamekasan yang sampai saat ini pemangkunya kosong, atau memang sengaja dibiarkan kosong, supaya leluasa memanjangkan tangannya dalam segala kebijakan yang akan diambil, disisi lain ada beberapa kebijakan yang tak sejalan dengan visi misi yang di usungnya, dan yang lebih parah lagi, bupati kurang intens berkomunikasi dengan dinas dinas yang notabenenya adalah eksekutor kebijakan dari bupati karena dinas tidak mampu menterjemahkan visi misi bupati dalam bentuk program, sehingga program dinas banyak  yang tidak seirama dengan visi misi berbaur.

Pesan klise yang menggelitik intuisi penulis dari gambar gubernur proinsi Jawa timur dan Bupati Pamekasan yang menafikan gambar wakil gubernur Jawa timur pada umbul-umbul dan stiker yang sudah dipasang dipinggir jalan di sejumlah jalan prokltokol di kota Pendidikan ini dan dibeberapa instansi pendidikan dan dinas yang sudah dipasang dengan kokoh, adalah  ini merupakan momentum yang tepat untuk menyampaikan bahwa gubernur Jawa timur saat ini pasnya dipasangkan dengan Bupati Pamekasan saat ini pada gelaran Pilkada 2024 nanti, setuju tidak setuju dengan pesan ini, yang dulikupas dalam tulisan ini adalah hak pembaca yang Budiman.

Tulisan ini adalah sebuah pemikiran yang nakal dari sebuah fenomena yang sangat menggelikan penulis yang  tengah dipertontonkan oleh seorang bupati. Wallahu a'lam bisshowab.

Pamekasan, 26 Oktober 2021

Rakyat Jelata yang belajar kritis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun