Mohon tunggu...
Muhammad Anwar. HM
Muhammad Anwar. HM Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Aku emosional tidak sabaran namun penuh semangat. Ketika terlibat dalam sebuah hubungan aku melempar seluruh diriku di dalamnya. Tak ada yang bisa menghentikanku tak ada satu palang pun yang menghalangiku. Aku akan habis-habisan dan menyukai seseorang yang penuh kasih dan bersemangat. Aku percaya pada kebebasan Aku ingin mencoba semua. Pasokan energiku tak ada matinya. Aku juga senang bertindak seperti ibu bagi pasangan. Aku tak romantis tetapi lebih tertarik pada tindakan. apa yang aku lihat akan aku dapatkan. Aku tak mau repot meladeni seseorang yang malu-malu kucing, manis, pura-pura sopan dan memikat hati. Daya tarik fisik penting untukku.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

West is West, East is East

27 November 2012   16:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:35 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pakar politik dari Harvard University, Professor Samuel P. Hutington pernah mengeluarkan statement dan sebuah sebuah hipotesa, bahwa sejak jatuhnya komunis, maka dunia Barat akan berhadapan dengan musuh berikutnya, the next enemy, yaitu Islam. Karuan saja, para pakar dan ulama seperti disengat lebah. Mereka ramai-ramai membuat seminar dan tanggapan terhadap statement dan hipotesa Hutington ini. Walaupun sifatnya reaktip, tetapi Alhamdulillah itulah ghirah Islamiyah yang masih melekat di hati, ketidaksudian diri atas tingkah pola orang sekuler yang selalu mau memojokkan Islam.

Sebenarnya, apa yang dilukiskan Hutington, tidak lebih dari reinforcement dari sikap dan pandangan dunia Barat yang tidak pernah habis-habisnya melihat Islam sebagai sesuatu yang mengerikan, Ekstrimis, Kampungan, under developed, dan segudang stereotype, sejuta prasangka yang serba gelap. Sebuah jurang lebar yang harus kita jembatani, bahwa Islam bukanlah sosok agama atau manusia seperti yang mereka tudingkan.

Dunia Barat menuding dengan penuh semangat bahwa Islam adalah agama pedang, the religion of swords. Agama yang disebarkan melalui perang, teror dan intimidasi. Masya Allah!. Padahal, kalau mereka berkepala dingin, sejenak bertafakur dari hingar bingar materialistik, cobalah tengok. Perang Dunia I dan Perang Dunia II, adalah persembahan kebiadaban antar dunia Barat yang menelan jutaan nyawa manusia, sebuah perang yang belum ada tandingannya di muka bumi ini.

Amien Rais dalam tulisannya, mengutip pendapat dari Edward Said yang menyatakan bahwa orientalis barat menganggap orang non Barat, termasuk Muslim, tidak sempurna kemanusiannya. Sampai-sampai ada seseorang orientalis Barat mengatakan bahwa perbedaan manusia di Barat dan di Timur yaitu : manusia Barat penuh, sedangkan di Timur manusia itu hanya onggokan-onggokan daging yang muncul ke muka Bumi tanpa tujuan hidup, menyelesaikan hidupnya, kemudian tenggelam ditelan bumi tanpa bekas.

Selanjutnya, dia mengatakan bahwa hampir secara hakikat dan kodrati, orang kulit putih itu punya watak rasial. Bahkan kalau kita belajar di Amerika ada semacam nuansa rasialistik ini, misalnya saja kalau kita mau masuk kampus ada semacam rule of camp, dengan mottonya yang dikenal istilah if you are white, you are right, if you are brown your step is wrong, if you are black, your step is back. Astagfirullah!

Sikap dunia barat tidak bisa dipisahkan dari nilai etika serta norma agama yang lebih beriorentasikan pada Judio-Christian, sehingga bagaimanapun kondisinya, pihak dunia barat pasti akan berpihak pada Ras Yahudi dan Christiani. Lihatlah sejarah berdirinya Negara Yahudi Israel, dimana dalam setiap kemelut antara Israel dan Bangsa Arab, Amerika Serikat pasti berdiri sebagai super hero yang mendukung Israel. Pada waktu itu Presiden Woodrow Wilson mengirimkan sebuah komisi King Crane untuk memaksakan Deklarasi Balfour 1917 yang menjanjikan Tanah Yahudi di Palestina. Dan selanjutnya setelah Perang Dunia II mengukuhkan mandat yang lebih besar lagi untuk berdirinya negara Israel. Ketika mandat Inggris di Palestina berakhir tanggal 15 Mei 1948, dan ketika kemerdekaan negara Israel 18 Mei, Amerika Serikat dan Sovietlah yang pertama mengakuinya Sehingga, perlawanan Bangsa Arab sia-sia, karena Israel dibantu Amerika.

Walaupun Presiden saat itu menghimbau PBB diadakannya perdamaian, tetapi apalah artinya PBB itu bila berhadapan dengan penderitaan orang Islam. Apalagi Presidennya saat itu ditekan habis-habisan oleh pemimpin Organisasi Zionis Dunia (World Zionist Organization) yang akhirnya dia jatuh dan naiklah Presiden Dweight D. Eisenhower (tahun 1953) menggantikan Presiden sebelumnya untuk kemudian memberi keleluasaan dan legmitasi berdirinya negara Israel di atas darah, air mata dan kenestapaan orang-orang Palestina, yang tanahnya cabik-cabik, tanpa sedikitpun umat manusia di muka bumi ini bergeming.

Ketika tentara Israel mencabik dan membunuh penduduk sipil Palestina di penampungan Sabra and Chatilla, sekitar lima ribu nyawa umat Islam dibantai, tetapi kembali PBB, hanya sekedar berguman, tetapi sedikitpun menunjukkan peran yang berarti. Apa artinya ini semua, tidak lain bahwa sejak dahulu Dunia Barat mendukung Yahudi dan menindas umat Islam, titik!.

Di Sudan memang ada peran PBB , tetapi jangan lupa, ini semua dikarenakan penduduk Sudan itu adalah Islam, maka Amerika Serikat dengan penuh semangat mendukung operasi PBB, karena Negeri Sudan dianggap sebagai biang ekstrimis (yang sampai saat ini tidak terbukti kebenarannya).

Di Bosnia, jangan berharap dengan PBB, dia itu bagaikan lembaga kertas yang kebingungan, begitu juga NATO (No Action Talk Only) semuanya serba gamang untuk menghadang Serbia yang Kristen. Padahal, tidak lebih daripada menunda waktu, agar Muslim Bosnia sekarat bertambah sekarat, kemudian musnah dari negeri Eropa. Itulah faktanya!

HUTANG DUNIA BARAT

DAN SUMBANGAN ISLAM

Kalau kita telusuri sejarah dunia Barat, mereka ini tidak lain dari sekelompok manusia yang minder, karena bagaimanapun supremasi barat dan teknologi saat ini, tidak lain berawal dari sumbangan peradaban Islam yang sangat tinggi, yang melahirkan pencapaian tehnologi seperti yang kita lihat saat ini. Lima belas abad yang lalu, ketika dunia barat terbelenggu oleh berbagai doktrin gereja yang serba tiran dan mengkebiri kemajuan ilmu, justru Islam menyumbangkan pencerahan pengetahuan.

Ziauddin Sardar dalam bukunya Information and Muslim World, Astrategy for The Twenty First Century, menulis, Tak pelak lagi perpustakaan Muslim paling terkenal ialah Baitul Hikmah, suatu gabungan lembaga riset, perpustakaan dan biro penterjemah, yang didirikan oleh Khalifah Abbasiah, Harun Al-Rasyid di Baghdad pada tahun 830 M. Banyak buku-buku yang diterjemahkan dari bahasa bukan Arab seperti Yunani, Sanskrit yang menyemarakkan perpustakaan.

Al Kindi filsuf pertama yang diterjemahkan karya Aristoteles ke dalam bahasa Arab, Musa Al Howarizmi, ahli matematika dan menulis buku terkenalnya, Kitab Al Jabar wa al Muqohilah. Perpustakaan di Madrasah Nizamiah didirikan 1065 M oleh Nizam Al Mulk. di Baghdad Khalifah Mustansir Billah mendirikan perpustakaan pada 1227 M. Puing-puing bangunannya masih dapat disaksikan di tepi sungai Tigris. Ibnu Batutah seorang pengembara melukiskan kemakmuran perpustakaan ini, disumbang sekitar 150 unta yang mengangkut buku sebanyak 80.000 buku.

Di Kairo ada Darul Ulum pada jaman penguasa Fatimiah mendirikan perpustakaan dengan empat puluh kamar yang berisi 1,6 juta buku. Sahid Ibnu Abbad seorang cendekiawan Muslim menolak jabatan Perdana Menteri Samarkand, karena merasa repot harus memindahkan buku koleksinya yang membutuhkan 400 unta untuk mengangkut buku-buku dari perpustakaannya, karena pada jaman itu seorang pejabat adalah juga seorang pencinta buku (bibliofil). Perpustakaan bukan hanya tempat kumpulan koleksi buku tetapi benar-benar adalah perpustakaan yang aktif (working library), di sana ada rumah sakit, ada tempat konsultasi, penterjemahan dan lain-lain.

Tampak di sini, bahwa kemajuan suatu bangsa, tidak mungkin terlepas dari literatur, perpustakaan dan semangat keilmuan. Roger Geraudy, seorang cendikiawan Perancis yang jatuh cinta pada Islam menulis hasil penelitiannya dalam sebuah bukunya yang berjudul Panji-Panji Islam, dengan penuh antusiasme dia mengatakan bahwa selama berabad-abad yang lalu, dunia barat hanya bisa membanggakan satu jenius dalam bidang intelektual yang memiliki multi disiplin dalam bidang keilmuan yang bersifat, Leonardo de Vinci !

Akan tetapi, dalam Islam, terdapat begitu banyak orang jenius yang universal, dari Al Kindi sampai Ar Razi, dari Al Bairuni sampai Ibnu Sina, dan banyak lagi para jenius yang telah merubah wajah dunia modern. Dalam bidang matematika, kita berjumpa dengan Al Khawarizmi yang berhasil menyempurnakan perhitungan sistimatis dalam bentuk decimal, alogaritma (Al Khowarizmi). Beliau pelopor paling jenius dalam bidang hitung-menghitung, pendiri ilmu aljabar (kata aljabar diambil dari buku karangannya yang sangat terkenal sampai saat ini. Ibn Tsabit bin Qaurah pada abad IX menciptakan hitungan integral dan menghubungkan antara geometri dengan aljabar. Al Biruni, Abui Wafa menemukan teori tentang sinus cosinus dan menciptakan secante, beberapa abad sebelum Copernicus.

Dalam bidang Astronomi, dunia barat yang waktu itu hanya mengenal satu nama, Ptolomeus. Padahal dunia Islam menampilkan jagoan astronomi yang super jenius, yaitu Al Battani yang mampu menghitung enklinasi akliptik sampai 23 derajat 35 detik. Pada abad XI didirikan observatorium Maragha, dan direkturnya adalah seorang ahli matematik dan astronom paling briliant, yaitu Nasruddin At Toussi (1201 - 1274). Dalam dunia kedokteran, dunia Barat justru sangat mengenaskan. Prestasi dalam bidang kedokteran dunia barat pada abad tersebut, boleh dibilang nihil. Dikarenakan ajaran dan kekuasaan Gereja yang menghalangi perkembangan ilmu.

Karena mental seperti ini, Fakultas Kedokteran di Paris pada waktu itu hanya mempunyai satu naskah ringkasan ilmu kedokteran. Itupun dijiplak dari hasil karya Ar Razi dan Ibnu Sina. Pantaslah, sebagai tanda terima kasih kepada dua ilmuwan Muslim ini, di muka amphitheatre di jalan Saint Peres, Universitas Sorbone Paris, dibuatkan dibawa ke Eropa yang pada waktu itu sedang terlelap dalam selimut kegelapan yang berat.

Dunia barat seharusnya mau menerima kenyataan, bahwa sumbangan umat Islam terhadap peradaban modern dan kemakmuran dunia Barat sungguh sangat besar. Hutang dunia barat terlalu besar terhadap umat Islam. Dan hanya satu kuncinya untuk membayar hutang tersebut, serta menjembatani kesalahpahaman dunia Barat, yaitu mulai membuka diri dan menerima kenyataan revival of Islam. Sebagaimana umat Islam menghargai seluruh Nabi-Nabi yang juga diyakini mereka, maka begitulah seharusnya dunia Barat kepada dunia Islam. Bukankah mereka paling vocal bersembunyi dibalik kata-kata human right ?. Tetapi, satu hal yang pasti. Dunia barat tidak bisa membendung cahaya kebenaran yang walaupun lambat, tapi pasti.

Islam will never die !

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun