Punya popularitas dan branding saja tidak cukup, karena harus dibarengi dengan isi tas.
Bahasanya kira-kira kayak gini :Â "Kalau dia gak punya uang, ngapai dia maju calon bupati?".
Untuk itu ketika running di Pilkada Simalungun setidaknya harus ada modal simbolik yang ditampilkan menunjukkan bahwa kandidat tersebut itu mapan secara ekonomi.
Bisa pakai helikopter, atau mungkin kedepannya dengan simbol-simbol lain yang lebih menyita perhatian publik dan melahirkan opini : "Ini Raja Simalungun berikutnya".
Meski demikian, punya uang saja juga tidak cukup tanpa popularitas karena angka keterpilihan kandidat dengan politik uang di hari H pemilihan hanya sekitar 25%.
Artinya jika kandidat membagikan uang untuk 1.000 orang, maka output maksimalnya, dengan asumsi penyebaran tanpa dibarengi popularitas hanya akan menghasilkan 250 suara.
Angka itu berasal dari riset yang dilakukan oleh Peneliti Edward Aspinall yang diterbitkan tahun 2017 kala meneliti politik uang di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H