Ayat QS. Al-Qashas : 56 dalam Al-Qur'an tidak hanya menggambarkan kebijaksanaan Allah dalam memberikan petunjuk, tetapi juga mengajarkan kita tentang nilai-nilai kesabaran, keikhlasan, dan tawakal dalam berdakwah. Dalam konteks sejarah dan sosial, ayat ini memberikan panduan yang mendalam bagi umat Islam dalam menyebarkan ajaran agama dengan penuh kasih sayang dan kebijaksanaan.
Ketika ayat ini diturunkan, Nabi Muhammad SAW berhadapan dengan tantangan besar dalam menyampaikan ajaran Islam kepada keluarganya sendiri, termasuk pamannya yang terhormat, Abu Thalib. Meskipun Abu Thalib melindungi Nabi dari tekanan kaum Quraisy, dia tidak mengikuti Islam. Hal ini mengingatkan kita bahwa meskipun Nabi berusaha dengan sepenuh hati untuk memberikan petunjuk kepada orang yang dicintainya, keputusan akhir berada di tangan Allah.
Ayat ini mengandung makna yang dalam tentang kekuasaan Allah dalam memberikan hidayah kepada siapa yang Dia kehendaki. Kata-kata kunci seperti "tidak dapat memberi petunjuk" dan "Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya" menegaskan bahwa petunjuk adalah anugerah yang hanya Allah yang memiliki kuasa untuk memberikannya. Ini mengajarkan kita untuk tidak hanya berusaha keras dalam berdakwah, tetapi juga berserah diri kepada kebijaksanaan dan keadilan Allah.
Meskipun teknologi modern memungkinkan dakwah Islam untuk mencapai lebih banyak orang melalui media sosial dan platform digital, QS. Al-Qashas : 56 mengingatkan kita untuk tetap menghormati kebebasan beragama dan memahami bahwa hasil akhir dari dakwah adalah urusan Allah. Dakwah harus dilakukan dengan cara yang bijaksana, penuh kasih sayang, dan tanpa memaksa atau menghakimi.
QS. Al-Qashas : 56 adalah pengingat yang kuat bagi umat Islam tentang pentingnya berdakwah dengan niat yang tulus dan kesabaran yang teguh. Ayat ini tidak hanya mengajarkan tentang kekuatan dan hikmah Allah dalam memberikan hidayah, tetapi juga mengingatkan kita bahwa peran kita sebagai da'i adalah untuk menyampaikan pesan Allah dengan penuh kasih sayang dan kebijaksanaan.Â
Dalam konteks zaman modern, dakwah harus dilakukan dengan cara yang bijaksana, menghormati perbedaan, dan berserah diri kepada kehendak Allah. Dengan memahami dan mengamalkan ajaran ini, kita dapat menjadi agen perubahan yang positif dalam masyarakat kita, menjadikan dunia ini tempat yang lebih baik dengan keberkahan dari Allah SWT.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H