Mohon tunggu...
A Nur Fuadi
A Nur Fuadi Mohon Tunggu... lainnya -

JURNALISTIK | ILMU KOMUNIKASI | UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA | 11730015

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Di Balik Welcoming Expo ‘12

19 Oktober 2012   20:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:37 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Welcoming Expo merupakan kegiatan yang diadakan oleh komunitas-komunitas (Kostrad, Pro, Neon, Ide Kata, dll.) –menurut beberapa versi, komunitas-komunitas ini berdiri dibawah naungan Program Studi Ilmu Komunikasi –yang ada di program studi Ilmu Komunikasi fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Acara ini melibatkan seluruh civitas akademik fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora. Pameran desain grafis dan fotografi, serta seminar merupakan serentetan acara yang telah terkonsepkan dalam Welcoming expo tersebut. Panitia acara tersebut tidak lain adalah orang-orang yang memang sudah aktif di beberapa komunitas tersebut.

Dibalik kacamata hampir keseluruhan orang-orang yang berlalu-lalang di fakultas, memang secara umum memandang bahwa Welcoming Expo terlaksana tanpa halangan suatu apapun alias lancar-lancar saja. Tetapi perlu kiranya publik fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora ketahui, bahwa semenjak Welcoming Expo ini diadakan dari tahun ke tahun tidak lepas dari beberapa masalah, baik itu prosedural dan bahkan masalah finansial. Ironisnya, masalah tersebut selalu diperdebatkan dan mendarah daging menjadi sebuah tradisi yang selalu diperbincangkan oleh beberapa pihak terkait dan mahasiswa yang mempunyai cara pandang kritis terkait masalah-masalah tersebut. Lalu bagaimana dengan Welcoming Expo 2012 ini?

Welcoming Expo 2012 yang diselenggarakan oleh panitia dari komunitas-komunitas tersebut juga sama sekali tidak luput dari beberapa masalah. Pertama, beberapa mahasiswa mungkin belum tahu bahwa terjadi perbincangan hebat di facebook tepatnya di group Gerakan Satu Hati Cinta UIN Sunan Kalijaga, antara beberapa mahasiswa (non-komunitas) dengan beberapa mahasiswa yang aktif di komunitas. Perbincangan tersebut terkait masalah finansial, tetapi bagi para pembaca tidak akan melihat secara jelas kata finansial di group facebook tersebut, karena mereka menyebutnya dengan istilah “asupan gizi”.

Kedua, yakni masalah prosedural. Beberapa mahasiswa menganggap bahwa seyogyanya, komunitas itu independen dalam hal apapun termasuk masalah financial. Untungnya, masalah pertama dan kedua dapat secepatnya selesai dengan dilakukannya audiensi antara Lembaga Kemahasiswaan fakultas yang terdiri dari Senat Mahasiwa (SEMA) dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Ilmu Komunikasi dengan Panitia kegiatan dan beberapa dosen Ilmu Komunikasi yang dimediatori oleh Pembantu Dekan III yakni bapak Andy Dermawan.

Menurut data yang kami terima, -selain terselesaikannya kedua masalah tersebut -audiensi yang mereka lakukan membuahkan hasil yang salah satunya adalah mereka sepakat bahwa mahasiswa Ilmu Komunikasi dibebaskan memilih antara mengikuti seminar yang diadakan oleh panitia Welcoming Expo atau mengikuti perkuliahan sesuai KRS yang mereka isi. Dengan kata lain dosen dilarang mengalihkan perkuliahan ke seminar-seminar yang selenggarakan oleh panitia kegiatan tersebut. Begitulah salah satu hasil kesepakatan dari audiensi yang mereka lakukan. Tetapi, apakah kesepakatan tersebut terrealisasikan?...

Tidak terrealisasikan sama sekali, ya itulah faktanya. Dari data yang kami terima, ada beberapa dosen yang mengalihkan perkuliahan ke seminar-seminar tersebut. Baik mahasiswa semester III maupun semester I. Ada bapak Rama Kertamukti (dosen pengampu mata kuliah dasar-dasar advertising) yang mengalihkan perkuliahannya ke seminartentang TVC, kebetulan saat itu semester III Ilmu Komunikasi kelas A yang kami ketahui. Ada lagi, bapak Alip Yog Kunandar (dosen pengampu mata kuliah Jurnalistik) yang menghimbau kepada mahasiswanya –kebetulan semester III, Ilmu Komunikasi A juga –agar mengikuti seminar tentang fotografi dengan memberikan 50 poin nilai tugas jurnalistik website kompasiana bagi mahasiswa yang mengikuti seminar tersebut.

“Saya tidak setuju dengan pengalihan perkuliahan seperti ini. Karena, dosen terkadang tidak mengetahui relevan atau tidaknya seminar yang diselenggarakan dengan mata kuliah yang diampu. Saat dosen melakukannya saja, dosen kan tidak ngapa-ngapain toh, makan gaji buta dong. Padahal mahasiswa kan bayar tiap SKSnya”. Cetus Laili Usria, mahasiswa semester I program studi ilmu komunikasi.

Menurut Iswandi Syahputra, pengalihan tersebut sama saja dengan sesuatu yang sunnah menggantikan sesuatu yang wajib. “Terima kasih, ini seperti hal yang sunnah menggantikan hal yang wajib. Segera saya sampaikan ini ke prodi”. Katanya setelah mendapat pengaduan dari salah satu mahasiswa Ilmu Komunikasi.

Semoga hal-hal demikian tidak diwarisi oleh mahasiswa dan para dosen untuk kedepannya. Sehingga setiap diselenggarakannya kegiatan ini, tidak menimbulkan persoalan-persoalan yang diperdebatkan dari tahun ke tahun, apalagi ini bisa menjadi sebuah tradisi yang dilestarikan oleh civitas akademik Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora. Hahaha…

Beruntunglah mereka yang tahu dan selalu ingin tahu.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun