Mohon tunggu...
Anung Sudrajat
Anung Sudrajat Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

SCADA untuk PLN yang Lebih Baik

4 Oktober 2016   10:45 Diperbarui: 4 Oktober 2016   17:48 1729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 5. Hasil Wiring SCADA Penyulang 20 kV PTI / dokpri

“BRUUMMM....”

Hari itu saya, Wahyu dan Sapto ada rencana pekerjaan integrasi SCADA penyulang 20 kV di Gardu Induk Pati. Kami berangkat pukul setengah enam dari kantor APD Jateng dan DIY, dari Semarang. Mobil pun melaju dengan gegap gempita sementara saya tertidur pulas. Pengen nerusin mimpi yang belum kelar tadi. Sedikit pengenalan SCADA PLN Distribusi dapat dibaca disini.

“CIITTT...”

Mobil mengerem dan kemudian berhenti. Sudah sampai ke Demak. Tampak dari kejauhan sesosok emak-emak bawa granat lari-lari mendekat.

“Haaiii...”, emak-emak yang bawa granat itu menyapa.

Dia bernama Helvia, dan benda yang awalnya kukira granat itu adalah salak.

“Mana Scienza?”, saya bertanya kepadanya.

Scienza adalah nama dari makhluk mungil anak dari emak-emak tadi. Sungguh nama yang susah diucapin. Temannya nanti bakal ada yang manggil Sensa, Cenca, Zienca, Scien-Scien atau panggilan aneh lainnya. Mungkin bapaknya dulu penggemar beratnya Saint Seiya sampai memberi nama itu. Kasihan juga Scienza, ditinggal pagi hari dan malam baru bisa ketemu emaknya lagi. Atau malah malam berikutnya lagi karena menginap.

“Sensanya baru tidur Ooomm....”, emaknya pun sampai salah nyebut nama anaknya sendiri.

Perjalanan dilanjutkan, kami sampai di Gardu Induk Pati sekitar jam 8. Lebih... karena sempat berhenti sarapan dulu.

Pekerjaan pun dimulai. Mas Zainal sebagai pengawas kerja, sementara pengawas K3nya Mas Yusuf. Keduanya adalah pegawai PLN APD JTY bagian Pemeliharaan Gardu Induk 20 kV. Setelah briefing selesai, semua bersiap diposisinya masing-masing. Berubah menjadi pabrik. Saya membaca wiring panel kubikel, mengukur, dan menuliskannya diselembar kertas. Kemudian Sapto menjadi mesin potong kabel, Helvia jadi mesin cetak label, dan Wahyu menjadi mesin crimping kabel.

“TAK TOK, JRENG JRENG, KREK...” (suara sebenarnya tidak sama).

Mesin pabrik mulai bekerja. Saya pun mulai mapping RTU. Lebih lanjut tentang RTU dapat dibaca disini.

Untuk mapping RTU, saya punya senjata rahasia bernama Quick Mapping. Dengan program ini, mapping RTU yang belasan menit bisa dilakukan hanya dalam waktu beberapa detik saja. Perhatian, program ini bisa bikin bodoh dan tak tahu alur mapping RTU. Jadi hanya yang sudah ahli saja yang boleh pakai. Newbie atau amatir dilarang pakai. He he he. Quick mapping RTU selengkapnya dapat dibaca disini.


Gambar 1. Program Quick Mapping 2 (dokpri)
Gambar 1. Program Quick Mapping 2 (dokpri)

Oke. Tiga set kabel wiring sudah selesai dibuat. Tak lupa kabel komunikasinya dipasang terlebih dahulu. Dalam wiring integrasi SCADA 20 kV, kami menggunakan DI/DO interface protokol modbus custom. Yah, DI/DO yang dipasang ini adalah versi custom yang dibuat dengan rancangan sendiri agar bisa minimalis, efisien dan mudah dipakai. Dengan komponen yang ‘mencontek’dari  produk DI/DO asal Taiwan yang sudah teruji kuat, produk ini juga bisa lebih awet. Lebih lanjut mengenal protokol Modbus dapat dibaca di https://scadaku.wordpress.com/2013/11/26/protokol-modbus/

DI/DO ini sudah dua kali berevolusi, kalau Pokemon berarti sudah setara dengan Charizard. Versi terakhirnya sudah mengakomodir Digital Input untuk Status CB Close, CB Open, Lokal/Remote, Relay Not Ready, Earth Switch, CB RackOut, UFR serta DI cadangan. Untuk Digital Outputnya ada Control CB Close, CB Open, Reset Panel, Reset Relay, On-Off Reclose serta DO cadangan. Kedepannya akan berevolusi lagi sesuai kebutuhan jaman. Selengkapnya dapat dibaca di...(maaf untuk sementara belum saya share di blog)

Gambar 2. DI/DO Generasi kedua (kiri) dan ketiga (kanan) (dokpri)
Gambar 2. DI/DO Generasi kedua (kiri) dan ketiga (kanan) (dokpri)
“KRIIING.....”

Baru mulai wiring, ada suara telpon memanggil.

“Haloo, dengan Anung Junior Engineer SCADA Remote Terminal Unit Zona 1, jomblo umur 27 tahun. Ada yang bisa saya bantu..?”, saya memulai pembicaraan.

“Dengarkan curhatku...”, Dini menjawab dengan nada mirip Viera.

Ya, hasil survey dari lima orang teman, semuanya setuju kalau suara Dini mirip dengan Viera. Tapi sebelum survey kami bikin kesepakatan dulu biar semua setuju.

“Ngapain”, kataku.

“Bisa minta bantuannya? Pleasee.. Tolong banget ya? Si UC yang kupasang mappingnya error. Ada yang tidak terbaca”

UC adalah nama dari concentrator SCADA yang kami gunakan. Protokol yangdigunakan adalah DNP3 LAN. Nama lengkapnya XX-UC-XX (wah mau sebut merk jadinya). UC adalah nama suami dari Helvia juga. Serius. Sama-sama bacanya Yusi.

“Oke, sebentar ya..?”

Langkah awal troubleshooting adalah dengan menggenerate lognya. Dari log kita bisa tahu dimana letak kesalahan program. Ternyata benar, mappingnya kurang teliti. Dan permasalahan pun selesai.


Gambar 3. Senjataku Kabel LAN (Cuma menggunakan 4 kabel agar menghemat ruang di tas) / dokpri
Gambar 3. Senjataku Kabel LAN (Cuma menggunakan 4 kabel agar menghemat ruang di tas) / dokpri

#Time skip ----------------------------

Gambar 4. Wiring Instalasi SCADA Penyulang 20 kV / dokpri
Gambar 4. Wiring Instalasi SCADA Penyulang 20 kV / dokpri

Hari mulai sore, wiring instalasi SCADA sudah beres. Tinggal komisioningnya. Terlihat Helvia sibuk menelepon kesana kemari.

“Mana sih orang Master? Mau komisioning malah gak ada yang angkat telepon!”, gerutunya.

Beberapa menit kemudian ada yang nelpon balik. Dia adalah petugas komisioning dari Master.

“Sorri, lagi sakit perut. Tadi ke toilet agak lama, soalnya antri poop berjamaah. Banyak yang perutnya sakit”, ujar Wawan.

Saya pun berpikiran, jangan-jangan mereka makan roti kedaluarsa sisa rapat seminggu yang lalu. Yang masih tergeletak di meja dan belum dibuang. Gawat. Bisa jadi tersangka ini.

Untungnya penyebab sakit perut bareng-bareng bukan karena roti kedaluarsa. Tetapi karena banyak yang makan mangut setan di kantin.

Kami pun memulai komisioning SCADA. Memastikan semua status, metering dan kontrol dapat dilakukan secara remote. Hal ini sangat berguna untuk kelancaran koordinasi, manuver dan mempersingkat waktu SAIDI.

Tiga penyulang sudah ready. Penyulang 20 kV PTI 05, 08 dan 14 sudah terintegrasi SCADA. Status CB Close, CB Open, Lokal/Remote, Relay Not Ready sudah OK. Control CB Close, CB Open, Reset Panel, Reset Relay sudah OK. Indikasi dari relay seperti OCR, GFR, Hiset 1, Hiset 2, Reclose OK. Metering seperti arus, tegangan, daya dan arus gangguan juga sudah.

Gambar 5. Hasil Wiring SCADA Penyulang 20 kV PTI / dokpri
Gambar 5. Hasil Wiring SCADA Penyulang 20 kV PTI / dokpri

Arus gangguan sangat diperlukan untuk mempercepat pencarian gangguan. Jika ada gangguan, maka petugas piket dapat langsung mengetahui berapa besar arus gangguan yang terbaca relai, kemudian menghitungnya sehingga didapatkan jarak gangguan. Saat ini sudah ada aplikasi kalkulatornya menggunakan DJTY Fault Explorer yang berbasis android. Rumusnya sesuai dengan hasil forum proteksi tahun 2015. Aplikasinya masih versi beta, belum saya publish di blog juga.

Gambar 6. DJTY Fault Explorer / dokpri
Gambar 6. DJTY Fault Explorer / dokpri
Akhirnya selesai juga pekerjaan kami. Semoga dengan terintegrasinya penyulang 20 kV ke SCADA dapat memenuhi tujuan SCADA Distribusi sebagai berikut:

·       Mempercepat proses pemulihan suplai tenaga listrik bagi konsumen yang mengalami gangguan.

·       Memperkecil kWh padam akibat gangguan atau pemadaman.

·       Memantau performa jaringan untuk menyusun perbaikan atau pengembangan sistem jaringan 20kV.

·       Mengusahakan optimasi pembebanan jaringan 20 kV.

 NB : Ada beberapa kata-kata yang ditambahkan untuk humor. Tetapi kerjanya di lapangan beneran.

KERJA NYATA TERANGI NEGERI

Twitter : @anungsudrajat

Facebook : https://www.facebook.com/anungs

dokpri
dokpri


Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun