Mohon tunggu...
Anung Gantari
Anung Gantari Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Membaca adalah Senjata Utama

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mimpi Indonesia 2045, Hanya Khayalan Semata?

11 November 2024   12:05 Diperbarui: 11 November 2024   12:05 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

           Bagaimana para pemuda dapat mewujudkan mimpinya jika nilai-nilai moral kian tergerus di tengah derasnya arus polarisasi politik? Sepertinya, jurang akan semakin melebar yang memisahkan antara para kaum pecinta negeri dengan pecinta diri sendiri.

          Masa Indonesia Emas 2045 mulai ramai diperbincangkan. Indonesia Emas 2045 adalah gambaran besar yang menanti di depan mata. Bukan sekadar angka perayaan seabad kemerdekaan, melainkan mimpi yang menjadi acuan untuk setiap program, setiap langkah pembangunan, dan harapan setiap anak bangsa. Bayangkan Indonesia yang mandiri secara ekonomi, unggul dalam pendidikan, kuat dalam infrastruktur, serta berperan aktif di panggung dunia---itulah yang diimpikan dalam "Indonesia Emas." 

          James Clarke, seorang akademisi dan teolog Amerika Serikat, mengatakan bahwa banyak politisi yang memikirkan kapan pemilihan saat para masyarakat memikirkan masa depan bangsanya. Politik baliho di tengah proses berjalannya pemilu adalah salah satu contohnya. Mimpi soal Indonesia yang yang tertib, tenteram dan sejahtera, memang harus terus diaktualisasi. Justru di era serba internet saat ini, hal ini harus terus diperhatikan. Jika dapat kesempatan ini dapat dimanfaatkan secara sungguh-sungguh, era ini justru bisa menjadi faktor integrasi dalam mewujudkan mimpi-mimpi itu.

         Bangsa yang majemuk ini rasa-rasanya perlu menemukan kembali faktor pemersatu. Pada masa penjajahan tempo dulu, impian akan kemerdekaan sungguh menjadi faktor pemersatu bangsa Indonesia. Bayang-bayang dan harapan Indonesia dalam meraih kemerdekaan menjadi faktor pendorong bersatunya semua kekuatan bangsa untuk menggapai kemerdekaan, terkhusus para kaum muda. Kini, setelah kemerdekaan itu diraih 79 tahun yang lalu, mimpi persatuan Indonesia perlu terus untuk dikumandangkan.

          Mimpi soal Indonesia perlu terus diperkaya agar bangsa ini punya mimpi bersama, dan bergerak dalam satu tujuan dan arah. Mimpi ini sempat digaungkan kembali oleh Afnan Malay, salah seorang mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM). Ia mengubah sumpah pemuda dengan plesetannya sendiri yang mengandung impian dan semangat baru. Ia merumuskan sumpah mahasiswa Indonesia yang berbunyi, "Kami Mahasiswa Indonesia bersumpah, bertanah air satu, tanah air tanpa penindasan, berbangsa satu, bangsa yang gandrung akan keadilan, berbahasa satu, bahasa tanpa kebohongan."

          Para pemuda tampaknya sudah mulai muak dengan apa yang terjadi pada bangsa ini. Mimpi-mimpi mereka hanya bisa terkubur dan terpendam oleh karena para politisi yang penuh dengan ambisi. Pertanyaan dialektis yang saat ini pantas diajukan adalah apakah mimpi soal keadilan dan kemanusiaan bisa dibangun jika sejarah pelanggaran hak asasi manusia di masa lampau tak pernah bisa diselesaikan. Kebenaran tak pernah bisa diungkap dan keadilan tak pernah diberikan secara tuntas dan lugas.

          Apakah mimpi soal negara yang adil dan sejahtera bisa segera mewujud, ketika praktik korupsi terus saja merajalela dan menjadi penyakit endemi bagi bangsa ini? Sistem pemerintahan yang perlu dibenahi seringkali diabaikan karena berambisi untuk mengejar tujuan pribadi. Mimpi-mimpi soal persatuan, kemajemukan, kesetaraan, kebebasan, ketuhanan adalah niat untuk membangun manusia Indonesia yang utuh. Membangun jiwa dan raga pemuda menjadi penting untuk mewujudkan mimpi para pemuda yaitu mimpi Indonesia Menuju 2045.

          Mewujudkan mimpi para pemuda Indonesia dalam konteks menuju Indonesia Emas 2045 memang merupakan tantangan besar, terutama di tengah arus polarisasi politik yang kian tajam. Polarisasi ini seringkali mengarah pada tergerusnya nilai-nilai moral yang seharusnya menjadi landasan persatuan dan kemajuan bangsa. Namun, di balik tantangan tersebut, terdapat peluang besar yang bisa dimanfaatkan, terutama dengan mengoptimalkan peran pemuda sebagai agen perubahan, diiringi dengan semangat kebersamaan dan cita-cita luhur untuk masa depan Indonesia.

          Di tengah arus globalisasi dan polarisasi politik, pemuda perlu menemukan kembali fondasi kebhinekaan sebagai kekuatan pemersatu. Indonesia yang terdiri dari lebih dari 17.000 pulau, lebih dari 700 suku, dan beragam bahasa, agama, serta budaya harus dilihat sebagai keunggulan yang memperkaya identitas bangsa. Pemuda harus mampu merayakan keberagaman ini dan membangun rasa saling menghargai untuk memajukan Indonesia.

          Indonesia Emas 2045 adalah mimpi besar yang hanya dapat tercapai jika para pemuda bergerak bersama untuk mewujudkan visi tersebut. Mereka harus berani bermimpi besar, sekaligus berkomitmen untuk mewujudkan keadilan, memerangi korupsi, dan membangun persatuan di tengah perbedaan. Dengan pendidikan karakter yang kuat, partisipasi aktif dalam politik, serta pemanfaatan teknologi untuk memperkuat kebersamaan, pemuda Indonesia dapat menjadi agen perubahan yang mampu membawa bangsa ini menuju Indonesia yang lebih adil, sejahtera, dan bermartabat.

          Momen ini bukan sekadar peringatan, tetapi panggilan untuk memulai perubahan. Memulai dari diri sendiri, dengan cara yang sederhana sekalipun. Menjadi pribadi yang jujur, bertanggung jawab, dan menghormati perbedaan adalah langkah kecil yang membawa perubahan besar. Melihat setiap tantangan sebagai peluang untuk berkontribusi bagi bangsa, serta percaya bahwa setiap langkah kita hari ini adalah bagian dari visi besar menuju Indonesia Emas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun